Ketika Rafael Benitez mengantarkan Valencia dua kali juara La Liga pada 2001/02 dan 2003/04, Los Che fi nis sebagai tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit. Lebih dari satu dekade berlalu, Rafa sepertinya mencoba formula yang sama di Real Madrid.
Pertahanan tangguh, keseimbangan, hingga permainan pragmatis adalah label yang sering disematkan kepada Benitez.
Ambil contoh periode empat musim pria asal Kota Madrid itu saat menjadi pelatih Valencia (2001-04). Dalam tiga dari empat musim bersama Los Che, ia mampu mengantarkan anak asuhnya sebagai tim dengan pertahanan terbaik di La Liga.
Rafa sepertinya meyakini pendekatan serupa ialah yang terbaik buat Real Madrid, tim yang ia latih sejak Juli lalu. Pelatih berusia 55 tahun itu paham bahwa kekuatan lini depan Madrid adalah salah satu yang terbaik di Eropa sehingga ia ia tinggal perlu memperbaiki pertahanan.
Sebuah logika yang pas. Sejak pergantian milenium, dari 15 tim juara La Liga, sebanyak sembilan di antaranya juga fi nis sebagai pemilik pertahanan terbaik. Artinya, ada peluang 60 persen bagi tim yang paling sedikit kebobolan untuk menjadi juara liga.
Pada akhir pekan lalu, Los Blancos kembali meraih hasil steril tidak kebobolan. Gawang Keylor Navas steril lagi untuk kali kelima dalam enam pertandingan liga edisi terkini!
Dalam enam partai itu, Los Blancos cuma kebobolan sekali, dari Athletic Bilbao di pekan kelima. Sisanya, lawan dibuat tak berkutik untuk menjebol gawang Madrid.
Inilah catatan pertahanan terbaik Madrid dalam enam pekan perdana terhitung sejak 1998/99. Pada musim itu, gawang Madrid kawalan Santiago Canizarez juga baru jebol sekali dari enam laga.
Hanya, pada akhirnya, Canizarez tetap tak meraih El Zamora, trofi penjaga gawang terbaik liga, dan Madrid finis di posisi keempat klasemen.
Empat Bomber
Sekarang, setelah barisan pertahanan relatif sudah bisa direparasi, Rafa malah harus dihadapkan pada problem di lini depan, sesuatu yang ia harapkan menjadi garansi kesuksesan Madrid.
Sampai pekan keenam, Madrid mengumpulkan 14 gol. Jumlah itu relatif bagus, tapi problem muncul ketika produsen gol Madrid hanya muncul dari empat nama. Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema masing-masing bikin lima gol. Gareth Bale dan James Rodriguez membagi rata sisa empat gol.
Situasi ini tidak bagus karena Madrid butuh alternatif pencetak gol lain. Musim lalu, pada periode yang sama, Madrid punya tujuh pemain pencetak gol di liga. Sehingga, ketika penggedor rutin mulai menemui masalah ketajaman, keran gol Madrid tidak akan tersumbat.
Saat ini situasi berbeda. Bale dan James cedera. CR7 seolah terkena “Kutukan Raul” sehingga sudah gagal mencetak gol di tiga partai liga beruntun.
Sisanya seolah tinggal Benz seorang. Ketika dia juga ikut gagal mencetak gol di laga terakhir, alarm bahaya di lini depan sudah layak untuk dinyalakan.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA, 29 Agustus 2015 |
Komentar