Dalam dua tahun berturut-turut, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii meraih gelar juara di Korea Selatan. Tahun lalu, mereka meraih medali emas pada gelaran Asian Games di Seoul. Akhir pekan kemarin, mereka meraih gelar superseries pertama di Korea Terbuka.
"Saat ini kami bisa bilang Korea merupakan tempat favorit kami, tempat keberuntungan kami. Di sini kami bisa merebut gelar superseries pertama kali dan sebelumnya juga menjadi juara Asian Games," kata Greysia kepada Badmintonindonesia.org.
Pada laga final Asian Games 2014, Nitya/Greysa meraih emas setelah menundukkan pasangan Jepang, Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo, 21-17, 19-21, 21-17.
Hasil tersebut menyudahi penantian panjang selama 36 tahun. Pasangan ganda putri Indonesia yang terakhir meraih emas Asian Games adalah Imelda Gunawan/Verawaty Fajrin, pada 1978 di Bangkok.
Pada Minggu (20/9/2015), mereka berhasil meraih gelar superseries pertama setelah menundukkan Chang Ye-na/Lee So-hee (Korea Selatan), 21-15, 21-18, di final Korea Terbuka. Nitya/Greysia menjadi ganda putri pertama Indonesia yang bisa menjuarai turnamen ini.
"Rasanya tentu bahagia sekali bisa menciptakan sejarah di Korea. Semoga ke depannya semakin banyak prestasi yang bisa kami raih, tidak hanya di Korea, tetapi di tempat-tempat lain juga. Kami tidak boleh cepat puas," ujar Greysia lagi.
Sebelum ini, Greysia juga pernah menorehkan prestasi membanggakan di Korea. Pada 2006, Greysia mencapai babak final Korea Terbuka saat berpasangan dengan Jo Novita.
"Waktu itu saya masih kecil, masih 19 tahun. Bisa mencapai prestasi tersebut tentu punya kesan tersendiri bagi saya," kata pemain yang bernaung di klub Jaya Raya Jakarta tersebut.
Ikuti perkembangan berita ini dalam liputan khusus:
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | PBSI |
Komentar