Pada Sabtu (17/10), Manchester United melancong ke kandang Everton. Bertahun-tahun lalu, kengototan Everton selalu bisa ditekuk lewat serangan tajam dan cepat ala Setan Merah.
Namun, sekarang kemungkinan tersebut sudah mengecil. Bahkan, mantan palang pintu United yang baru hengkang pada 2014, yaitu Rio Ferdinand, mengatakan bahwa suporter Setan Merah sudah harus mengubah pola pikir.
Pola pikir memengaruhi pola kerja. “Suporter United harus mengusung perubahan pola pikir ketika mereka menonton klub. Mereka tak bisa lagi mengharapkan serangan yang tajam dan cepat seperti dulu,” kata Ferdinand.
Kabarnya, omongan Ferdinand muncul setelah dirinya merasakan perbedaan yang sudah terjadi selama 17 bulan belakangan di Old Trafford. Sampai-sampai dia mengontak duet serasinya di sektor belakang, yaitu Nemanja Vidic.
“Saya berbicara dengan Vidic di telepon dan kami berdua mengatakan perubahan yang terjadi benar-benar tak pernah dibayangkan, dari sisi personel maupun gaya transfer. Sepertinya semua tak sama seperti yang kami tahu sebelumnya,” kata Ferdinand lagi.
Duet Ferdinand-Vidic merupakan bentukan terakhir pada era Sir Alex Ferguson yang terbilang sukses. Melanjutkan kisah sukses duet-duet bek sebelumnya, seperti pasangan Jaap Stam-Ronny Johnsen dan Steve Bruce-Gary Palister.
Ketika Ferdinand masih bermain (2002-2014), United di bawah Sir Alex selalu menempatkan Everton sebagai lawan yang serius karena keuletannya kerap menjadi pengganjal. Hanya dengan kecepatan dan serangan tajam akhirnya Everton sering bisa dijinakkan.
Di sisi lain, Everton sendiri seolah memiliki hubungan khusus dengan Ferguson. Hal tersebut ditandai peristiwa seorang pelatih Everton, yaitu David Moyes, dijadikan suksesor oleh Ferguson. Sekarang, Ferdinand tidak merasakan lagi hal tersebut.
Penguasaan Bola
United sekarang di bawah Louis van Gaal merupakan tim piawai melakukan penguasaan bola, tetapi tidak lantas selalu berakhir dengan memenangi pertandingan. Pada dua pekan lalu, United tertimpa sial karena ditundukkan secara telak oleh Arsenal 0-3 meski banyak menguasai bola.
Ferdinand sendiri setuju jika United disebut sebagai tim yang membosankan karena bermain tanpa arah. Hanya, celakanya Van Gaal masih saja bicara bahwa United selalu tampil lebih dominan ketimbang lawan.
“Jika Anda melihat pertandingan, kami adalah tim yang dominan,” kata Van Gaal. Namun, yang terlihat di lapangan ialah kebingungan yang tak berujung di sektor depan serta kekacauan antara lini tengah dan sektor belakang. Hal itulah yang dimaksudkan oleh Rio tentang “berbeda”, yaitu filosofi pass and move ala Fergie sudah lenyap.
Kehebatan United dalam bermain melalui sayap dan bagaimana tembok belakang tak hanya kuat dalam bertahan, tetapi juga produktif dalam menjebol gawang lawan, sudah tak ada lagi sekarang. Padahal, kata Ferdinand, semua hal tersebut yang membuat United menjadi dominan selama dua dasawarsa terakhir.
Pada ujungnya, Ferdinand berharap United bisa kembali berjaya dan mampu melewati tantangan Everton dengan sukses.
Penulis: Dedi Rinaldi
SUARA KOMUNITAS
Bukan Cuma Depay Memphis Depay sebenarnya bisa tampil bagus pada periode awal bersama United. Penampilannya membangkitkan harapan suporter ke titik tertinggi. Namun, belakangan performa Depay memang menurun. Penyebabnya beragam, mulai dari permainan yang belum menyatu dengan rekan setim hingga beberapa kali diturunkan di luar posisi terbaik. Puncaknya terjadi saat United kalah 0-3 dari Arsenal baru-baru ini. Padahal, sebenarnya bukan cuma Depay yang bermain di bawah standar pada laga itu.
Penurunan performa Depay boleh jadi pelajaran bagi pelatih Louis van Gaal. Ia semestinya tak lagi kerap menurunkan pemain di luar posisi terbaiknya. Ke depan, semua pemain United harus memenuhi standar tinggi seperti yang diperlihatkan kiper David de Gea.
Dee Devi
United Indonesia Chapter Karawang
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2636 |
Komentar