lagi Chelsea tanpa kemenangan di Premier League. Kondisi itu pun membuat Manajer Jose Mourinho berencana untuk membongkar materi skuat inti. Akan terjadi rotasi besar-besaran.
Rencana itu sudah diapungkan menjelang Chelsea berlaga di Liga Champion pada tengah pekan. Namun, bisa jadi pembongkaran akan terus berlanjut ke pekan depan, pada saat Chelsea menjamu si kuda hitam Southampton pada Sabtu (3/10) di Stamford Bridge.
Kabarnya, Mourinho ingin menaikkan level kecepatan tim setelah mengakui strategi ala parkir bus yang pragmatis malah melubangi gawang Chelsea sendiri. Pada sembilan laga di ajang resmi, gawang Chelsea sudah kebobolan 15 gol.
Dalam rencana pembongkaran tersebut, beberapa pemain muda dan senior yang memiliki kekuatan serta kecepatan akan menjadi pilihan pertama.
Salah satu pemain dari level senior yang tampaknya akan menjadi bagian dari rencana Mourinho ialah Ramires Santos do Nascimento (28 tahun). Pada laga pekan lalu saat ditahan imbang 2-2 oleh Newcastle United, gelandang asal Brasil itu menyumbangkan satu gol.
Soal kekuatan dan kecepatan, Ramires memang patut diperhitungkan. Bahkan, sejak bergabung pertama kali ke Chelsea pada 2010, Ramires sudah dijuluki John Rambo, sebagai gambaran sosok yang kuat, tak terkalahkan, dan luar biasa.
Dalam sedetik Ramires sudah berada di kotak penalti lawan dan bersiap mencetak gol, sedetik kemudian dia sudah berada di tengah untuk menghadapi serangan musuh.
Selain itu, meski tubuhnya terlihat kecil untuk ukuran Eropa, sering terlihat Ramires tak gentar beradu badan kendati kerap pula berbuah kartu kuning untuknya.
Bisa jadi gaya berangasan itu yang membuat para Manajer Chelsea setelah masa kekuasaan Andre Villas-Boas (AVB) berakhir ngeri memainkan Ramires sebagai pemain inti.
Minoritas
Ramires menjadi pemain inti semasa Chelsea ditangani AVB. Bagi AVB, Ramires dianggap pemain yang paling progresif karena memberikan dampak positif buat tim.
Harus diakui, gaya Ramires memiliki keunikan tersendiri. Bahkan bisa disebut merupakan produk minoritas di Brasil. Ketika kebanyakan pemain Brasil ialah sosok yang gemar ”menari” dan cenderung menghindari adu fisik dan otot, yang menonjol dari
Ramires justru aspek fisik. Ramires sendiri tak segan untuk mengobral omongan tentang kekuatan yang dimilikinya. ”Kekuatan fisik saya mungkin di atas normal. Karena itu, saya bebas untuk banyak ikut menyerang dan kemudian kembali ke posisi di tengah,” katanya.
Namun, pada sisi lain, pengakuan itu kerap pula merepotkannya karena rekan-rekan selalu tak percaya ketika ia mengatakan dirinya lelah setelah bertanding. Rekan-rekannya hanya tertawa mendengarnya.
”Mereka menganggap bercanda saat saya mengatakan lelah dan bilang saya tak akan pernah lelah,” ujar Ramires.
Dalam bermain Ramires punya prinsip yang harus diakui menyenangkan rekan maupun tim. ”Ketika memegang bola atau setelah mengumpan, saya berpikir untuk terus berlari dan berlari. Tujuannya agar tim memiliki banyak opsi untuk menciptakan peluang dan kemudian memenangi pertandingan.”
Prinsip bermain dari Ramires itu cocok di Inggris, di mana laga Premier League sangat ramai dengan pergerakan. Kehadirannya membuat Samba mewarnai Premier League. Tak hanya diwarnai tarian atau gocekan, tapi juga kekuatan dan kedisiplinan ala Ramires.
Dari semua hal, yang ditakutkan Ramires ialah cedera berkepanjangan. Namun, cedera yang bisa menimpa Ramires sekarang tak hanya dikhawatirkan dirinya sendiri, tapi juga Chelsea dan timnas Brasil.
Penulis: Dedi Rinaldi
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Tabloid Olah Raga BOLA, Edisi 2.634 Kamis-Rabu 1-7 Oktober 2015 |
Komentar