Apa jadinya jika dua tim beken kikuk bertemu? Gampang! Tim yang paling sedikit membuat kesalahan akan keluar sebagai pemenang.
Pada Minggu (12/9), Manchester United bertemu musuh tradisional, yaitu Liverpool, di Old Trafford. Seperti musim-musim sebelumnya, pertemuan tersebut selalu bergemuruh. Namun, sekarang gebyarnya tidak terasa tuntas karena tidak membahana pada sisi kinerja, strategi, dan teknis.
Mengacu kepada empat pertandingan Premier League 2015/16, United dan Liverpool malah seperti tim yang kikuk. Tim yang bertabur bintang, tapi tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
Tuan rumah United misalnya. Terus berada dalam kebingungan saat melakoni pass and move ala Louis Van Gaal, yang katanya indah dan mematikan. United juga seperti tak pernah menemukan penyumbat yang tepat untuk menutup kebocoran lini belakang.
Di lini depan, Setan Merah seperti lupa bagaimana menggunakan penyerang sayap serta mengeksploitasi penyerang kedua. Apalagi striker Wayne Rooney pada usia 29 tahun bak sudah menjadi pemain jompo.
Rooney terlihat terlalu gemulai menghadapi garangnya bek lawan sehingga belum mencetak satu gol pun sepanjang Premier League musim 2015/16. Rooney seperti hanya cocok bermain di Liga Champion yang gemulai. Atau berlakon di timnas, di mana dia bahkan mampu menyamai rekor Bobby Charlton sebagai pencetak gol paling produktif Inggris.
Ada pemain muda Memphis Depay. Akan tetapi, pemain mahal asal Belanda itu masih terus ragu berlakon sebagai sayap atau second striker, kapan menggocek bola, kapan mengumpan, atau melepas tembakan.
Ketika Adnan Januzaj, yang mulai bergairah, dan Javier Hernandez, yang berpengalaman, malah dilepas, lalu muncul Anthony Martial (19 tahun) dari AS Monaco. Striker seharga 36 juta pound itu disebut sebagai “Rooney muda”.
Namun, mantan asisten Sir Alex Ferguson, Carlos Quieroz, menyebutnya sebagai pembelian
panik Van Gaal.
“Mengapa harus membangun baru? Mengapa tidak melanjutkan kesuksesan yang telah ada? Hal ini seperti United yang sudah menjadi mobil balap lalu diredam dan diubah menjadi mobil keluarga,” kata Quieroz.
Tak Lebih Baik
Liverpool juga tidak lebih baik ketimbang United. Ada lelucon yang menyatakan bahwa Brendan Rodgers agaknya lebih ingin terkenal sebagai manajer jagoan eksperimen di Premier League. Seorang manajer yang terkenal berotak Albert Einstein.
Rodgers memang berlakon seperti itu. Belum rampung dengan pola tiki taka ciptaannya, kini Liverpool dijejali juga dengan direct football khas Inggris. Padahal, tiki taka ala Rodgers tersebut nyaris membawa Liverpool meraih trofi Premier League pada musim 2013/14.
Pada musim ini, demi mengakomodasi pemain baru, salah satunya kedatangan Cristian Benteke. yang memiliki tubuh setinggi 193 centimeter, Rodgers melakukan eksperimen lagi. Bola-bola lambung mulai dimainkan dan membuat pecinta gaya tiki taka seperti Philippe Coutinho mulai sulit mengikuti kemauan Rodgers dan pemain baru, Roberto Firmino, seperti hilang akal.
Akhirnya, dalam empat pertandingan, hasil yang diraih sangat minim untuk ukuran klub sebesar Liverpool. The Reds kini bercokol di peringkat tujuh, sedangkan United di posisi kelima. Keduanya tidak berada di wilayah empat besar, tempat yang seharusnya mereka duduki.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa masalah pada kedua tim besar itu lebih kepada faktor psikologis. Dalam kondisi seperti sekarang ini dibutuhkan pemicu yang dahsyat.
Bukan tidak mungkin pertemuan kali ini memang menjadi pemicu bagi kedua tim untuk terbang. Apa yang dikatakan stiker baru Liverpool, Danny Ings, juga mengacu pada kebutuhan akan sebuah pemicu. “Premier League musim ini sangat keras dan setiap peristiwa harus menjadi pelajaran. Karena itu, sudah saatnya Liverpool bergerak maju untuk memastikan langkahnya. Bertemu United bisa menjadi langkah awal yang bagus,” kata Ings.
Menarik apa yang telah dikatakan Ings. Pasalnya, pertemuan United dan Liverpool terkenal dengan sebutan the most famous fixture in English football alias pertemuan paling tersohor di sepak bola Inggris.
Dalam hal materi pemain, baik United maupun Liverpool, banyak memuat pemain baru. Bisa jadi pemain-pemain tersebut sudah mendengar betapa agungnya nilai sejarah pertemuan antara United dan Liverpool, sehingga menjadi pemicu nan dahsyat bagi keduanya.
Dedi Rinaldi
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA 2.631 |
Komentar