“Selamat datang di neraka,” begitulah bunyi sambutan fan Fiorentina kepada Paulo Sousa yang dijuluki Si Bungkuk oleh mereka.
Manajemen Fiorentina secara resmi menunjuk Sousa sebagai pelatih pada 21 Juni 2015. Ahli strategi asal Portugal itu menggantikan Vincenzo Montella.
Sousa tak disukai suporter karena latar belakangnya sebagai eks pemain Juventus (1994-1996) yang notabene merupakan klub rival bebuyutan Fiorentina. Bagi fan La Viola, Sousa adalah gobbi (sebutan fan Fiorentina untuk pemain-pemain Juventus). Secara harfiah, gobbi (jamak) atau gobbo (tunggal), bermakna bungkuk.
Sebutan itu konon mengacu kepada seragam Juventus era 1950 yang berkerah V. Saat pemain Juve berlari, angin akan masuk ke kaus dan membentuk gumpalan di bagian leher belakang sehingga menyerupai orang bungkuk.
Kata gobbi juga dipakai fan La Viola untuk menyindir Juventus yang kerap dibantu wasit. Dalam budaya kuno Italia, orang bungkuk identik dengan keberuntungan. Sousa pun dibuatkan julukan oleh suporter La Viola, yakni gobbo di merda atau secara kasar bisa diterjemahkan sebagai si kotoran bungkuk.
Fan Fiorentina kini barangkali akan menyesal lantaran telah menyambut Sousa secara kasar. Sosok yang sempat mereka benci itu kini sukses mengantarkan bertengger sendirian di puncak klasemen Serie A 2015/16.
Fiorentina harus menanti selama 16 tahun, tepatnya 15 musim atau 540 partai untuk kembali tampil sebagai pemuncak tunggal klasemen Serie A. La Viola terakhir kali melakukannya pada 7 Februari 1999.
“Scudetto? Saya ingin jelas dan jujur. Terdapat tim yang lebih baik, tapi kami yakin mampu bersaing dengan mereka,” ujar Sousa di La Gazzetta dello Sport.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar