Kabut asap yang mengepung Pulau Sumatra dan Kalimantan belakangan ini memang sangat mengganggu. Tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan warga, juga mengganggu transportasi udara.
Dampak buruk kabut asap ini juga mulai mengganggu kegiatan olah raga. Salah satu yang terkena dampak langsung adalah kejuaraan bulu tangkis, Djarum Sirkuit Nasional Li-Ning Sumatra Terbuka.
Seri kedelapan Djarum Sirnas rencananya akan bergulir pada 11-17 Oktober di Gelanggang Remaja & GOR PKM Universitas Islam Riau.
Namun, kondisi kabut asap yang masih tebal membuat kejuaraan berhadiah total 220 juta rupiah ini terpaksa ditunda.
Kepastian penundaan seri kedelapan Djarum Sirnas itu disampaikan Kasubid Turnamen dan Perwasitan PP PBSI, Eddyanto Sabarudin. “Karena membahayakan kesehatan dan keselamatan pemain, kami putuskan seri kedelapan Djarum Sirnas di Pekanbaru ditunda,” kata Eddy, saat dihubungi Minggu (27/9).
Menurut Eddy, alasan utama penundaan adalah, karena dampak kabut asap ini sudah begitu mengganggu kesehatan pemain. “Kesehatan dan keselamatan pemain tentu kita utamakan,” katanya.
Selain itu, jadwal penerbangan ke dan dari Pekanbaru pun bermasalah. Banyak jadwal penerbangan menuju Pekanbaru tertunda atau terpaksa mendarat dengan dialihkan ke kota lain.
Sebagai pengganti pelaksanaan seri kedelapan yang tertunda, Djarum Sirnas di Pekanbaru akan digelar pada tanggal 23-28 November atau seminggu setelah seri ke-10 di Surabaya, 9-14 November.
Pontianak Siap
Hal ini berbeda dengan pelaksanaan seri ketujuh Djarum Sirnas di Pontianak, Kalimantan Barat, 28 September-3 Oktober. Ajang ini tetap berlangsung di GOR Bumi Khatulistiwa dan Pangsuma, Pontianak.
“Setelah turun hujan, kondisi udara di Pontianak sudah jauh lebih baik. Makanya, apa pun kondisinya, Djarum Sirnas di Pontianak tetap siap digelar,” ujar Eddy.
Dijelaskan oleh Eddy, sebanyak 574 pemain menyatakan siap berlaga pada seri ketujuh ini. Melihat jumlah pemain yang datang, tentu sebuah kemerosotan.
“Berkurangnya jumlah peserta yang mengikuti seri ketujuh di Pontianak ini sedikit banyak juga karena dampak kabut asap. Seandainya tidak ada kabut asap, pasti jumlahnya bisa mencapai ribuan atlet,” ucap Eddy. (bhw)
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA, 28 Agustus 2015 |
Komentar