Mungkinkah start lambat Arsenal musim ini tak lepas dari kebingungan sang pelatih? Dugaan tersebut belakangan menjadi bahan perdebatan hangat di Inggris.
Posisi ujung tombak masih menjadi masalah bagi The Gunners musim ini. Kegagalan mendatangkan Karim Benzema atau Edinson Cavani membuat Arsene Wenger hanya memiliki Olivier Giroud sebagai bomber tengah tradisional.
Padahal, kinerja Giroud sendiri dianggap tak terlalu memuaskan oleh fan Arsenal. Penyerang asal Prancis itu menjadi salah satu sasaran kritik musim lalu karena hanya mengemas total 19 gol, lebih sedikit dibanding penyerang sayap Alexis Sanchez (25).
Keraguan atas Giroud seperti terbukti pada awal 2015/16. Tampil sebagai starter pada tiga duel pembuka Liga Inggris, penyerang berusia 28 tahun itu cuma mencetak satu gol.
Wenger lantas berinisiatif untuk memenuhi permintaan Theo Walcott. Sejak musim 2015/16 belum bergulir, Walcott memang sudah meminta untuk dimainkan lebih ke tengah.
Masalahnya, saat kepercayaan Wenger terhadap Giroud mulai berkurang, keyakinannya pada rencana B memainkan Walcott di posisi penyerang tunggal juga belum betul-betul mantap.
Dalam tiga dari empat duel Liga Inggris pamungkas, Wenger selalu memasukkan Giroud sebagai pengganti Walcott pada pertengahan babak kedua.
Cara itu rupanya membuat repot karena karakter permainan tim harus berubah di tengah permainan demi mengakomodasi pergantian tersebut. Giroud dan Walcott merupakan pemain dengan tipe berbeda.
Giroud merupakan bomber klasik yang lebih suka menahan bola untuk melibatkan rekan-rekan setim dalam permainan. Sementara itu, Walcott cenderung memaksimalkan kecepatannya untuk mengejar bola di belakang pertahanan lawan.
Kebijakan rotasi ala Wenger itu bisa dibilang unik. Sebuah tim biasanya memiliki striker utama seperti Manchester City dengan Sergio Aguero, Chelsea bersama Diego Costa, Anthony Martial di Man. United, Harry Kane di Tottenham, Real Madrid dengan Karim Benzema, dan lainnya.
Pergantian penyerang di tengah pertandingan memang tidak tabu. Namun, keputusan itu lebih cenderung karena sang bomber utama tengah tidak dalam performa terbaik, bukan dengan alasan rotasi reguler seperti keinginan Wenger.
Tergantung Lawan
Perjudian Wenger dengan kebijakan rotasinya itu memang baru bisa dibuktikan pada akhir kompetisi. Hanya, untuk sementara, Walcott lebih diunggulkan sebagai bomber tunggal dibandingkan Giroud.
Dari empat kesempatan sebagai starter di Premier League musim ini, Walcott mampu mencetak dua gol.
Statistik lanjutan dari Squawka memperlihatkan pemain berumur 26 tahun itu mencetak 12 gol dari 13 partai Liga Inggris terakhir saat bermain sejak sepak mula. Sementara Giroud, kendati sudah mengemas tiga gol di kompetisi domestik 2015/16, hanya satu di antaranya yang diciptakan saat menjadi starter.
Statistik bukan satu-satunya pendukung Walcott. Kualitas yang dimiliki tiga andalan Wenger di lini kedua juga diyakini lebih cocok dengannya.
"Arsenal bisa mendominasi penguasaan bola di sepertiga wilayah lawan dengan pemain seperti Santi Cazorla, Mesut Oezil, dan Alexis Sanchez, yang bisa menjaga bola dengan sangat baik. Dari penguasaan bola itu, Theo bisa memanfaatkannya dengan kecepatan larinya," kata eks penyerang The Gunners, Alan Smith, di Sky Sports.
Wenger menyebut keputusan menurunkan Giroud atau Walcott tergantung pada lawan yang dihadapi. "Keduanya saling melengkapi dengan sangat baik. Giroud bisa melindungi bola dan membuat pemain lain terlibat. Itulah salah satu alasan dia bisa menciptakan banyak peluang dan membuat pemain lain suka bermain bersamanya," tutur The Professor.
Hanya, Wenger juga mengatakan bahwa Giroud tidak lagi otomatis selalu menjadi pemain inti. Penjelasan itulah yang sepertinya dipakai oleh Walcott untuk terus memberikan ancaman pada status reguler rekan sejawatnya di lini depan itu.
"Saya sudah menunggu kesempatan untuk bermain di depan. Jika bisa terus tampil bagus, saya akan tetap menjadi pilihan utama," ucapnya.
Penulis: Andrew Sihombing
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.634 |
Komentar