Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Njoo Lie Wen Benci tapi Cinta Basket

By Fajar Mutaqin Ahmad - Jumat, 11 September 2015 | 15:34 WIB
Njoo Lie Wen, disadarkan kembali oleh anak SMP agar kembali ke dunia basket.
Fernando Randy/BOLA
Njoo Lie Wen, disadarkan kembali oleh anak SMP agar kembali ke dunia basket.

Cinta adalah warna dalam kehidupan, termasuk bagi atlet. Cinta itulah yang dirasakan mantan pebasket, Njoo Lie Wen (50), pada basket.

Shooting guard nasional di era 1980-an ini memiliki darah bola basket dari sang ayah, Njoo Giok Han. Dilahirkan di Solo, 20 Maret 1965, Lie Wen merasakan pahit-manis hidup dan selalu menemukan solusi lewat bola basket.

Basket dikenalkan oleh sang papa. Garis tangan dan ketekunan membawa dua anak Njoo Giok Han ini berhasil menjadi pemain nasional lewat Lie Wen dan sang adik Njoo Lie Fan.

Kakak beradik yang tenar lewat klub Gentong Kumala Jaya (Semarang) dan Asaba (Jakarta) menggetarkan lawan di era itu.

"Saya hanya ikut-ikut saja saat itu. Kakak saya latihan, saya ikut saja," ucap Lie Wen.

Klub pertama yang diikuti adalah TNH Solo.

Adanya penggolongan pribumi dan keturunan saat itu membuat sang ayah memindahkannya ke klub Sparta yang lebih plural.

Di situ ia merasakan pengalaman hidup yang terbawa sampai saat ini, yakni berbaur dengan pebasket pribumi.

"Saya belajar banyak dari pembauran itu. Saya menjadi Indonesia tulen. Saya belajar rasa setia kawan dan berani membela kebenaran," ucap pria setinggi 182 cm ini.

Ia pernah berkelahi di SMP saat ada teman cacat dan agak terbelakang dijadikan olok-olok siswa lain.

"Saya berantem gara-gara itu. Saya tidak terima kelakuan mereka pada orang yang berkebutuhan khusus," ungkap Lie Wen.

Kerja keras dan ketekunan membawa Lie Wen menjuarai Kobatama bersama Asaba (1988) saat dilatih Kim Dong-won.

Mereka menghancurkan The Dream Team Halim Kediri, yang saat itu memiliki dua pemain top Lie Gwan Ming dan Lie Tjui Tek.

Lie Wen pernah memperkuat timnas di SEA Games 1987, 1989, dan 1991. Ia juga pernah tampil di Kejuaraan Asia 1987 dan 1991. Ia mundur dari bola basket pada 1993 karena cedera ACL di lutut kiri.

Bangkit di Pelosok

Titik redup Lie Wen terjadi pada 1993. Cedera memaksanya berhenti total. Kebencian pada basket muncul sebab tidak ada penghargaan atas totalitas di basket selama ini.

Untunglah ia memiliki teman-teman yang bersedia membantu di saat sulit. Tanpa berpikir panjang, ia menerima tawaran pekerjaan dari seorang penggemar bola basket di Cirebon yang menugasinya ke Indramayu.

Lie Wen menjalani kehidupan baru di Indramayu, kota yang terbilang sepi dan pas dengan keinginannya membekukan hati dari bola basket.

"Saya diolok-olok seseorang, dalam 2-3 bulan pasti akan kembali ke Jakarta sebab akan sulit hidup di kota kecil seperti Indramayu atau Cirebon. Saya tertantang membuktikan olok-olok itu," ujar bapak dua anak ini.

Lie Wen, yang pernah dekat dengan pebasket putri nasional Grace Sondakh ini, akhirnya menyunting pebasket putri nasional Yauwati Joesoef, Februari 1998.

Putri pertama mereka Deniece Adriana Gunarto lahir di Kediri, 26 April 1999.

"Saya tidak tega ia melahirkan di Indramayu. Akhirnya saya titipkan dulu di Kediri," jelas Lie Wen.

Menurut Yauwati, tempat tinggal mereka memang sangat sepi.

"Sore menjelang malam sudah banyak suara kodok. Kontras dengan kehidupan saya selama ini di Surabaya," ungkap Yau, yang alumni Ubaya Surabaya ini.

Ketekunan Lie Wen ditambah cinta sejati Yauwati membuat hidup mereka di kota kecil menjadi lebih bermakna.

"Kotanya kecil, Om. Sepi pula. Ie Ie (panggilan akrab Deniece) merasakan itu pas masih kecil," kata Deniece (16 tahun).

Cinta Lie Wen pada bola basket yang sudah membeku dicairkan seorang anak SMP yang mendatangi rumah mereka pada 2004.

"Saya kaget sekali. Anak itu minta diajari basket. Ia mendengar kabar kalau saya eks pemain nasional," ujarnya.

"Saya tidak mau mengecewakan harapan tinggi seorang anak kecil. Saya lebih mencintainya daripada memaksakan ego karena kecewa pada bola basket. Sejak itu saya perlahan-lahan kembali ke bola basket dan mendirikan klub Generasi Muda Cirebon (GMC)," kata Lie Wen.

DATA DIRI

Nama: Njoo Lie Wen
Panggilan: Lie Wen
Lahir: Solo, 20 Maret 1965
Tinggi: 182 cm
Posisi: Shooting guard
Pekerjaan sekarang: kontraktor swasta
Istri: Yauwati Joesoef
Anak: Deniece Adriana Gunarto (16 tahun); Russel Nyoo (14 tahun)
Prestasi Timnas: SEA Games 1987, 1989, 1991; Kejuaraan Asia 1987, 1991
Prestasi Klub: Juara Kobatama Asaba 1988
Klub Binaan: Generasi Muda Cirebon

Penulis: Eko Widodo

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor :
Sumber : Harian BOLA 11 September 2015


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X