Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mourinho Raja Provokasi

By Sabtu, 26 September 2015 | 07:49 WIB
Diego Costa, kini membuat lawan memilih menghindar terlibat kontroversi dengannya.
Ross Kinnaird/Getty Images
Diego Costa, kini membuat lawan memilih menghindar terlibat kontroversi dengannya.

Sebuah provokasi telah membuat Chelsea bisa mengalahkan Arsenal pada pekan lalu. Di sisi lain, kini para lawan sudah belajar bagaimana menghindari kemungkinan provokasi yang dilancarkan The Blues.

Pada Sabtu (26/9), Newcastle United bakal menjamu Chelsea. Manajer Steve McClaren pun langsung melepaskan peringatan kepada pemainnya untuk tidak sedikit pun terpancing provokasi lawan.

“Kami harus berhati-hati terhadap provokasi ala Chelsea. Mereka sepertinya jagoan dalam hal itu,” kata McClaren.

Skandal antara striker Chelsea, Diego Costa, dan bek Arsenal, Gabriel Paulista, memang telah menjadi bahan perbincangan hangat. Kini di mata kubu lain, Costa ternyata tak hanya memiliki daya gedor kelas dunia, tetapi juga daya provokasi yang kuat.

Selain itu, sisi yang membuat para manajer lawan heran ialah Costa belum juga mendapatkan kartu merah sepanjang kariernya di EPL.

Dalam 44 pertandingan bersama Chelsea, Costa hanya mendapatkan 10 kartu kuning. Kalaupun dia pernah dihukum larangan bermain tiga kali, hal tersebut karena akumulasi kartu kuning.

Padahal, sudah berulang kali Costa memunculkan kontroversi. Pernah berseteru dengan bek dan kiper Everton, Seamus Coleman serta Tim Howard. Pernah pula menginjak Emre Can saat bertemu Liverpool, sampai "bermain silat" dengan bek Arsenal, Laurent Koscielny serta Gabriel.

Namun, semuanya lolos dari ganjaran wasit. Manajer Chelsea, Jose Mourinho, malah menyukai ulah penyerangnya itu.

“Costa bermain seperti yang seharusnya. Itulah kenapa stadion penuh dan Anda menjual pertandingan ke seluruh dunia dengan harga jutaan. Saya menyukainya dan dia man of the match bagi saya,” ucap Mourinho di situs resmi klub.

Ucapan Mourinho itu semakin menegaskan bahwa provokasi sudah merupakan bagian dari cara Chelsea menyelesaikan masalah.

Tak Ada Maaf

Suatu saat Mourinho pernah berkata tentang kecintaannya kepada konflik. “Seorang pemimpin sejati mencintai konflik.” Mou pernah pula menyebut agitasi. “Terkadang, perlu pula menjadi agitator.”

Mourinho agaknya telah menjadikan Chelsea sesuai dengan pikirannya, mengatakan apa yang dimaksudkan, dan bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan.

Bisa jadi Mourinho memang tidak menyukai sepak bola berjalan lurus-lurus saja. Baginya sepak bola seperti halnya kehidupan yang penuh dinamika, termasuk tidak perlu ada kata maaf saat terlibat kontroversi.

“Ketika pertama kali tiba di Chelsea, saya merasa klub ini butuh seorang agitator untuk mendapatkan kebanggaannya. Saya ingin menjadi katalis untuk emosi yang positif, seseorang yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri,” kata Mourinho.

Sikap tersebut ditularkannya kepada pemain dan ajarannya sudah tampak seperti saat Chelsea terlibat perebutan posisi juara grup Liga Champion, yang berakhir imbang 0-0 pada musim 2004/05.

Anak buahnya, Michael Essien, menekel secara brutal pemain Liverpool, Dietmar Hamann. Gelandang The Reds itu terkapar kesakitan dan berteriak: “Tekel paling ganas yang belum pernah saya rasakan. Namun, Essien tak satu kali pun mencoba meminta maaf.”

Tak ada kata maaf. Respons dari kubu Chelsea malah kian menyakitkan. Mourinho merespons lewat gestur tak peduli, seolah

Penulis: Dedi Rinaldi


Editor :
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.633


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X