Hal pertama yang dilakukan oleh manajemen FC Porto ketika membawa Iker Casillas melakukan tur Estadio do Dragao ialah memamerkan patung eks pelatih mereka, Jose Mourinho.
Tidak sembarang orang bisa menerima penghargaan dengan dibuatkan patung diri di stadion. Mourinho sangat layak mendapatkannya di Do Dragao atas apa yang ia berikan buat klub Portugal itu.
Mou membawa Porto meraih titel antarklub Eropa secara beruntun. Ia memberikan trofi Piala UEFA 2003 (gelar pertama) dan Liga Champion 2004 (gelar kedua sejak 1987)!
Di level domestik, ia membantu Porto merebut dua titel Primeira Liga secara beruntun pula (2002/03 dan 2003/04). Singkatnya, Mou memang legenda klub yang statusnya mendekati mistik.
Casillas jelas bukan legenda Porto. Ia legenda klub raksasa Spanyol, Real Madrid. Santo Iker baru bergabung awal musim ini, tapi ia sudah menjadi ikon baru buat Porto.
Ia barangkali pemain dengan reputasi paling besar yang bisa direkrut Porto belakangan ini. Ia langsung menjadi pemain favorit publik Do Dragao.
Marca merilis penjualan jersey bernomor punggung 12 dengan nama I. Casillas meroket tak hanya di Portugal, tapi juga di seluruh Semenanjung Iberia, termasuk Spanyol.
Pada matchday 2 LC 2015/16, Mourinho bakal pulang kampung ke Portugal. Ia akan membawa The Blues mengunjungi Do Dragao di Grup G (29/9).
Pasangan
Sebetulnya, itu bukan kunjungan pertama Mou ke Do Dragao. Pada tahun pertamanya membesut The Blues, 2004/05, ia sudah pernah pulang kampung ke Portugal buat melawan Porto, juga di panggung Liga Champion.
Namun, kali ini lawatan Mou bakal berbeda karena di kubu tuan rumah ada sosok Casillas. Ya, Mou sang legenda klub bakal berjumpa Casillas, ikon anyar tim sekaligus mantan anak asuhnya di Madrid.
Dua sosok itu memang punya hubungan lebih dari sekadar mantan pelatih dan salah satu bekas anak asuh.
Kepindahan Santo Iker ke Porto setelah belasan tahun di tim inti Madrid juga tak lepas dari peran Mou, ketika pelatih asal Lisabon itu masih membesut Los Blancos (2010-2013).
Kombinasi kedua sosok penting ruang ganti itu saat masih berbulan madu di Santiago Bernabeu berujung pada gelar Copa del Rey 2011 dan La Liga 2011/12.
Namun, ketika bulan madu itu berakhir, keduanya bak menjadi musuh yang saling sikut di balik selimut.
Secara berani, Mou mencadangkan Casillas dan lebih memilih kiper cadangan, Antonio Adan. Hal itu disebut sebagai puncak atas kekecewaan Mou terhadap Santo Iker.
Casillas lantas cedera jari dan Mourinho membeli Diego Lopez. Sejak saat itu, Santo Iker tak lagi menjadi pilihan utama. Bahkan ketika Mou meninggalkan Madrid dan pelatih baru Carlo Ancelotti masuk tim, Iker tetap nomor dua.
"Memang kisahnya bak sepasang kekasih yang di ujungnya berpisah. Awalnya baik-baik saja, tetapi lama-kelamaan perasaan yang dulu tak ada lagi. Saya tahu ada pemain lain yang juga tak sepaham dengan Mou, tapi hanya saya yang sering ia salahkan. Saya tak tahu kenapa," ucap Casillas di Sport.
"Dia bilang saya tak profesional, lebih memikirkan tim nasional daripada klub, atau saya tak berlatih. Saya hanya diam dan melakukan segalanya buat klub. Saya tak bisa membuat semua orang senang dan hal itu bukan salah saya," kata Santo Iker.
Terlepas dari kisah individual yang menyertai pertemuan kedua tim, Mou dan Santo Iker jelas dua orang profesional yang pasti lebih mementingkan kesuksesan klub.
Mou ingin melanjutkan tren baik di LC, sebagai satu-satunya wakil Inggris yang meraih angka penuh di LC 2015/16 sejauh ini.
Editor | : | Rizki Indra Sofa |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar