Sosok Massimiliano "Max" Allegri menjadi aktor utama keberhasilan Juventus menekuk Manchester City di partai fase grup Liga Champion (15/9).
Allegri membawa Juventus menang 2-1 di kandang Manchester City. Hal itu terjadi karena sang pelatih menerapkan revolusi taktik yang sukses menangkal agresivitas City. Ia menanggalkan sistem 4-3-1-2 dan 3-5-2, serta memilih 4-3-3 sebagai pola sebelas awal. Skema pilihan tersebut sangat jarang dipakai Juve beberapa musim terakhir.
Namun, Allegri memperlihatkan bahwa wajah baru timnya dengan skema 4-3-3 bisa menjadi kunci kebangkitan yang vital. Kehadiran Juan Cuadrado menjadi pelengkap kepingan Juve guna menguji sistem tersebut.
Di Italia, Allegri dikenal sebagai pakar reparasi tim dengan ide-ide revolusioner. Contoh nyata tampak pada duel kandang kontra Olympiacos di fase grup LC musim lalu. Ketika itu, Allegri masih memakai sistem 3-5-2 yang sangat mujarab dipakai pendahulunya di Juve, Antonio Conte. Namun, skema itu malah berakibat kekalahan 1-2 sampai menit ke-61. Allegri memutar otak.
Pola yang sudah seperti jiwa Bianconeri itu dia ubah menjadi 4-3-1-2. Hasilnya tokcer. Juve mengatasi defisit dan menang 3-2. Perubahan sistem itu pula yang menjadi kunci kejayaan Juventus di partai-partai selanjutnya musim lalu.
Namun, Allegri belakangan belum mendapati skema “ciptaannya” berjalan lancar. Kegagalan mendatangkan penyerang lubang impian, plus badai cedera yang melanda tim membuat si bos kudu membongkar sistem lagi.
Hasilnya, skema 4-3-3 pun membuahkan kado manis berupa kemenangan. Saat partai di Manchester memasuki masa krusial, City menggenjot serangan dengan memasukkan Sergio Aguero (menit ke-83). Melihat timnya sudah unggul 2-1, Allegri merespons perubahan itu dengan memperkuat pertahanan. Masuknya Andrea Barzagli (85’) menggantikan Alvaro Morata membuat Juve bermain dengan pola lima pemain bertahan dan empat gelandang.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar