Akhir pekan lalu, West Ham mengalahkan tim dengan starter termahal yang pernah diturunkan dalam sejarah Premier League. Kemenangan kontra City tersebut bukan kebetulan karena Hammers juga telah menggodam Arsenal dan Liverpool di kandang lawan. Lantas apa rahasia Dimitri Payet cs?
Belum pernah ada tim yang bisa menang tandang ke Arsenal, Man City, dan Liverpool dalam satu musim EPL. Namun, hanya dalam waktu empat pekan West Ham menjadi tim pertama yang mencatatkan prestasi tersebut. Hammers menang 2-0 di Arsenal, 3-0 di Liverpool, dan 2-1 di Man City.
Seperti dugaan, West Ham tak mempedulikan penguasaan bola. Kala melawan Arsenal, pasukan Slaven Bilic hanya menorehkan angka 39 persen penguasaan bola, menghadapi Liverpool 41 persen, dan City 30 persen.
Secara rataan musim, West Ham memiliki rataan penguasaan bola terendah keempat di liga (35,9 persen).
Apa yang Hammers miliki adalah kecepatan dalam serangan balik. Manuel Lanzini, Dimitri Payet, Diafra Sakho, dan Victor Moses punya akselerasi brilian untuk melancarkan serangan balik.
Moses kembali ke permainan terbaik seperti kala ia masih merumput bagi Wigan. Pemain yang dipinjamkan dari Chelsea ini punya kombinasi kecepatan mentah dan kemampuan teknik mumpuni. Hanya, kehebatan Moses mungkin masih tertutupi oleh aksi Payet.
Playmaker yang baru didatangkan dari Marseille ini telah mencetak tiga gol brilian dan mencatatkan dua assist. Pemain kelahiran Kepulauan Reunion, Prancis, tersebut memesona sejak debutnya di Premier League kala ia menyiksa berkali-kali lini belakang Arsenal di Stadion Emirates.
Selain possession dan kecepatan serangan balik, ada beberapa statistik lain yang menarik dari Hammers. West Ham hanya menorehkan 863 sentuhan di sepertiga serangan akhir dan hanya mencatatkan 63 usaha ke gawang, masing-masing terendah keempat di liga.
Akan tetapi, satu angka yang Hammers catatkan dengan mengilap adalah konversi peluang mereka. Sebanyak 20,6 persen tembakan Hammers berbuah menjadi gol, tertinggi di Premier League. Mereka efektif dengan tiap peluang yang datang. Hal ini tentu terjadi sebagai hasil pekerjaan keras di lapangan latihan.
Alhasil, kita tak bisa melupakan peran pelatih kondang Bilic. Ia memiliki status tinggi di hati para fans Hammers kendati hanya memperkuat tim selama 1 1/2 musim pada medio 1990-an.
Pria yang mengawal lini belakang Kroasia kala melaju ke peringkat ketiga Piala Dunia 1998 ini merupakan seorang pengacara cerdas yang lancar berbahasa Inggris, Jerman, dan Italia.
Inteligensia sang pelatih ini lah yang menjadi dasar filosofinya dalam memanajemen pemain. "Anda tak perlu jadi seorang diktator untuk mendapatkan rasa hormat para pemain," tutur Bilic kepada Guardian. "Otoritas tertinggi yang perlu Anda miliki adalah otoritas ilmu pengetahuan."
Seperti lazimnya pelatih-pelatih baru, ia tengah melewati masa bulan madu bersama Hammers. Biasanya honeymoon period ini akan berjalan sekitar 10-14 laga sebelum lawan-lawan mulai memahami cara kerja mereka.
Belum lagi West Ham telah memulai bertanding di laga kompetitif lebih dini dari para pesaing lain. Payet cs telah bertanding sejak awal Juli di babak kualifikasi pertama Liga Europa walau mereka (mungkin secara sengaja) tak lolos ke fase grup.
Kombinasi inilah yang membuat Hammers sejauh ini bisa mengejutkan Premier League dengan serangkaian penampilan luar biasa.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | juara.net |
Komentar