Tanpa kemenangan dan cuma mencetak tiga gol. Demikian rapor Tottenham sampai pekan keempat EPL 2015/16.
Catatan tersebut lebih buruk daripada musim lalu di mana Lili Putih dapat menang dua kali dan mengukir tujuh gol dalam empat gim awal EPL 2014/15.
Padahal, menurut Opta, klub Kota London itu merupakan salah satu tim dengan peluang gol tertinggi musim ini, yakni 10 buah. Catatan itu hanya kalah dari Manchester City (13 peluang gol).
Awal musim buruk Tottenham ini mau tidak mau menyeret nama Harry Kane, pemain tertajam klub musim lalu dengan torehan 21 gol di EPL 2014/15. Kane belum mencetak gol bagi Tottenham kendati selalu bermain sampai pekan keempat EPL musim ini.
Kendati sedang kekeringan gol di liga, performa Kane tengah bagus di timnas Inggris. Pemain berusia 22 tahun itu mencetak masing-masing satu gol saat bersua San Marino (5/9) dan Swiss (8/9).
Berkaca pada gim bersama Inggris, Kane sepertinya memerlukan tandem tepat di klub yang bukan cuma dapat membantunya menemukan naluri predator, tapi juga bisa mengurangi beban Kane sebagai andalan mendulang gol.
Di Inggris, Kane saat ini bukan striker utama timnas. Keharusan mencetak gol Inggris dibebankan kepada Wayne Rooney.
Nick Wright dari Sky Sports menulis pada Rabu (9/9) bahwa Kane perlu rekan setim yang dapat dibagi beban yang sama sebagai predator di lini serang Tottenham.
Wright memprediksi penyerang anyar Tottenham, Son Heung-min, bisa menjadi jawaban kekeringan gol klub itu sekaligus Kane.
Son merupakan salah satu pencetak gol terbanyak Leverkusen di Bundesliga 2014/15 dengan total 11 gol, lebih sedikit satu gol dari Karim Bellarabi. Dalam tiga musim terakhir di liga Jerman, pemain asal Korea Selatan itu mencetak dua digit gol. Fakta-fakta tersebut adalah bukti cukup bahwa Kane punya tandem yang dapat diajak berbagi peran mencetak gol.
Bermodalkan kecepatan, Son senang mengejar bola dari tengah dan menggiring sampai ke pertahanan lawan. Kualitas tersebut juga akan membantu kerjasama dirinya dengan Kane.
Sebagai pemain baru, Son tentu perlu waktu untuk beradaptasi dengan permainan Tottenham. Namun, apabila Manajer Mauricio Pochettino tetap setia pada pakem 4-2-3-1, hal itu bukan menjadi masalah untuk Son. Pemain berusia 23 tahun itu amat sering bermain dengan pola tersebut semasa di Leverkusen.
Editor | : | Theresia Simanjuntak |
Sumber | : | Harian BOLA edisi Kamis (10 September) |
Komentar