“Saya tak punya line-up ideal. Yang saya punya ialah 25 pemain. Seluruhnya penting. Kami akan memainkan tujuh partai dalam 22 hari. Karena itu, saya memerlukan mereka semua untuk meraih apa yang kami inginkan, yakni tiga poin.”
Komentar di atas, seperti dilansir FastOneTwo, meluncur dari mulut Rudi Garcia, pelatih AS Roma. Apa lagi alasannya jika bukan lantaran pertanyaan bergelombang soal minimnya menit main yang diperoleh Francesco Totti, kapten sekaligus dewa bagi Romanisti sejagat.
“Di Roma, saya tak bisa memastikan siapa yang lebih penting. Apakah Totti atau Sri Paus. Kapten saya, Francesco Totti, ialah sosok yang sangat luar biasa, di dalam maupun di luar lapangan. Saya mendambakan untuk menjuarai sebuah ajang bersamanya. Kami selalu berkonsultasi di setiap sesi latihan, tapi tak pernah ada perlakuan khusus,” kata Garcia menjelaskan.
Sama halnya dengan penghuni Olimpico lain, Totti pun harus menunjukkan kesiapan prima untuk dipasang sejak sepak mula.
Namun, sulit ditutupi bahwa pada usia 38 tahun energi Totti tak lagi sebesar beberapa musim silam di mana dirinya biasa mengoleksi gol di atas dua digit. Belakangan ini sepak bola memperlihatkan sisi kejamnya lewat aksi permainan yang mengedepankan kecepatan lari dan benturan fisik.
Karena itu, wajar bila Garcia, layaknya kompatriotnya di klub lain, juga mulai memasok kaki-kaki yang lebh segar ketika menyusun starting XI Giallorossi. Secara otomatis, bisa dimaklumi apabila Edin Dzeko yang kini menjadi bomber andalan Tim
Serigala.
Baik dalam komposisi 4-3-3, yang menjadi andalan, maupun skema 4-2-3-1 atau pola 4-3-2-1, striker berpostur tegap macam Dzeko lebih diutamakan. Dalam tiga start di Serie A 2015/16, Dzeko terbukti mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya saat dipinjam dari Manchester City.
Perannya sebagai penggedor di dalam kotak penalti lawan berhasil diwujudkan dalam gelontoran 13 sepakan akurat berbuah satu gol. Kapabilitasnya dalam memenangi duel udara dan mencari pelanggaran pun apik.
Di samping kualitas individualnya tersebut, pemain asal Bosnia-Herzegovina berumur 29 tahun itu juga mampu berkomunikasi secara apik dengan dua rekannya di depan. Entah itu Mohamed Salah di sisi kanan, atau Gervinho dan Iago Falque di wilayah kiri lapangan.
Tergantung Lawan
Kendati demikian, Garcia menegaskan bawah dirinya tak menutup potensi terciptanya duet Dzeko dan Totti.
“Ketika lawan menampilkan skema lima bek, saya bisa memasang duet Totti dan Dzeko. Dalam formasi 4-3-3 pun Totti bisa bermain bareng Dzeko. Bisa di belakangnya atau bahkan sebagai playmaker,” papar eks pelatih Lille itu.
Pada saat mengalahkan Frosinone 2-0 pada pekan ketiga, Garcia memakai skema 4-2-3-1. Dzeko ditempatkan sebagai bomber utama, sedangkan Totti melakoni perannya sebagai gelandang tengah, diapit Gervinho dan Falque.
Jika skor dua gol tanpa balas merupakan hasil terbesar, bukan mustahil Garcia akan lebih sering menerjunkan komposisi seperti itu.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Suara Komunitas
Kini Saatnya
Gairah dan euforia memang tengah melanda Romanisti saat ini. Start positif pada awal musim mengembuskan rasa optimistis bagi seluruh fan Giallorossi yang melihat tim kesayangannya bakal berjaya pada musim ini. Hal itu didukung aktivitas transfer musim panas Roma yang terbilang memuaskan.
Kebutuhan akan pemain di tiap posisi pun telah terpenuhi. Diawali hadirnya Edin Dzeko yang digadang-gadang sebagai kepingan puzzle yang hilang, Roma juga meremajakan lini
pertahanan dengan memarkir kiper De Sanctis dan menggantikannya dengan Szczesny.
Ya, musim inilah saatnya. Apalagi mapannya skuat juga dibarengi fakta belum stabilnya penampilan klub rival seperti Juve setelah revolusi komposisi tim. Kini, musuh Roma adalah diri mereka sendiri, inkonsistensi, dan membangkitkan mental juara. Semua itu pekerjaan rumah bagi Rudi Garcia.
Jika semua teratasi dan berjalan mulus maka tidak prematur menilai Roma sebagai kandidat serius peraih scudetto pada musim ini, meski liga baru berusia tiga pekan.
Sonny Sulistyono - Fans AS Roma
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA 2.632 |
Komentar