Kondisi di Manchester City pada awal musim ini bisa menjadi contoh perputaran roda nasib yang begitu cepat.
Manchester City menutup musim kompetisi 2014/15 dengan finis di posisi runner-up EPL, babak 16 besar Liga Champion, serta putaran IV Piala FA dan Piala Liga. Tiada satu pun piala mampir di lemari trofi tim racikan Manuel Pellegrini.
Kegagalan berulang di Liga Champion menimbulkan efek lebih dahsyat terhadap nasib sang
manajer. Menjelang akhir musim muncul teriakan-teriakan yang menuntut Pellegrini diberhentikan dari Etihad Stadium. Klub bergeming. Pada Agustus, petinggi Man. City malah memberikan perpanjangan kontrak sampai 2017 buat peramu taktik asal Cile itu.
Segelintir fan mungkin bingung terhadap keputusan itu, tapi tengok efeknya terhadap performa tim. The Citizens mencatat rapor sempurna berupa lima kemenangan dalam lima pekan awal EPL 2015/16.
Seluruhnya dilakoni dengan catatan gawang steril. Harus mundur lebih dari satu abad untuk melihat kejadian terakhir City menyapu bersih lima pekan awal dengan kemenangan.
Kejadian identik itu muncul pada start kompetisi Divisi Utama Inggris musim 1912/13! Sebuah konklusi bisa ditarik.
Jika ukurannya ialah performa pada lima partai perdana, rapor City musim ini lebih baik daripada start periode 2011/12 dan 2013/14 atau saat di mana mereka finis sebagai kampiun liga.
Kebangkitan
Gairah City pada awal musim tak lepas dari kebangkitan sederet figur yang dihantam kritik. Ambil contoh dari barisan pemain bertahan, yang dinilai tampil rapuh musim lalu.
Terlepas dari gangguan cedera, kapten Vincent Kompany sering tampil tak meyakinkan di lini belakang. Sorotan tajam diarahkan pula kepada Eliaquim Mangala. Bek tengah Prancis itu dinilai gagal membayar investasi 32 juta pound, yang dikeluarkan klub buat merekrutnya dari Porto setahun silam.
Tanda-tanda kerapuhan City tampak pada empat laga pramusim terakhir sepanjang Juli-Agustus lalu. Kompany cs. cuma sekali menang atas tim Vietnam All-Star (8-1). Sisanya berujung skor imbang melawan Roma pada waktu normal (2-2), plus kekalahan dari Real Madrid (1-4) dan Stuttgart (2-4).
Namun, semua keraguan menguap ketika gong EPL 2015/16 dipukul. Duet Kompany-Mangala berubah bak menjadi sepasang beton raksasa di depan kiper Joe Hart. Start fantastis City erat hubungannya dengan keputusan klub mempertahankan Pellegrini.
Sosok berjulukan Sang Insinyur itu lebih termotivasi melakukan revitalisasi timnya setelah persetujuan kontrak anyar tercapai.
"Secara tradisi, City bukan klub di mana orang-orang bisa tinggal untuk waktu lama. Namun, kami semua, manajer dan pemain, punya target yang sama," ucap Kompany di Daily Star.
Namun, Pellegrini paham timnya tak boleh jemawa dulu. Sejarah mengajarkan City bahwa start semulus musim ini tak menjamin gelar juara. Pada 1912/13, Citizens cuma finis di peringkat enam.
Penulis: Beri Bagja
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA 2.632 |
Komentar