Sejak 2004, Saktiawan Sinaga, bisa dibilang menjadi ikon PSMS. Bersama Mahyadi Panggabean, ia jadi wakil anak Medan di Ayam Kinantan. Prestasi terbaik Sakti dicapai pada musim 2007 kala mengantar PSMS hingga ke final LI.
Sebelum kompetisi 2008 dimulai, Sakti sudah memutuskan untuk pergi dari PSMS. Karena namanya dicoret dan merasa tak dibutuhkan PSMS, ia pun berpikir realistis dan meneken kontrak di Persik. Apa alasan Sakti pindah? Berikut wawancaranya dengan BOLA.
Apa alasan memilih Persik?
Tim ini paling serius dibanding Persema dan Arema, yang juga menginginkan saya. Persik punya target juara dan saya belum pernah meraihnya. Selama ini hanya meraih juara turnamen dengan PSMS. Selain itu, kontrak di Persik sangat bagus.
Faktor lain: Gustavo Chena, rekan di PSMS juga bergabung di Kediri. Saya bakal kian betah bila Mahyadi, Legimin Raharjo, Usep Munandar, dan Markus Horison jadi ke sini. Mereka satu paket dengan saya.
Kabarnya kecewa dengan PSMS?
Ya. Isu pencoretan muncul karena saya dianggap rewel soal bonus final kemarin. Perlakuan PSMS sungguh menyakitkan. Ini juga berlaku bagi pemain lain. Saya dan Markus dicoret. Tujuh pemain, termasuk Mahyadi, bisa tetap di PSMS, tapi harus diseleksi dulu. Padahal kualitas mereka sudah teruji.
Sebenarnya saya mau bertahan, meski kontraknya lebih kecil dari Persik. Selain itu, ada jaminan saya jadi starter di Persik. Ini yang jadi pertimbangan saya memilih Persik.
Soal utang budi dengan PSMS yang membesarkan namamu?
Saya tidak dibesarkan PSMS, tapi PSPS Pekanbaru.
Dalam skema Persik 2008, di depan Danilo Fernando-Cristian Gonzales. Berarti bisa duduk di bangku cadangan?
Saya siap bersaing dengan mereka, termasuk Gonzales, yang selama ini jadi ikon Persik. Saya akan bersikap profesional. Kalau saya lebih bagus, pelatih tentu memilih saya.
Kedatangan di Persik membuat pemain lama cemburu. Ada komentar?
Saya tak tahu itu. Manajemen Persik lebih tahu kebutuhan tim karena mereka punya target juara. Ini juga terjadi di klub lain, termasuk di Eropa. Di era profesional, hal seperti ini biasa.
Berapa sih nilai kontrak di Persik?
Tak usah dipublikasikan. Nanti bikin cemburu. Yang jelas lebih besar beberapa persen dibandingkan di PSMS musim lalu.
Soal kartu kuning atau merah yang sering kamu terima?
Main keras sudah jadi karakter saya. Ini tak bisa diubah. Kalau berubah orang malah heran. Saya menikmati gaya itu.
Sebagai pemain baru di Persik, tentu butuh adaptasi. Ada kesulitan?
Tak ada masalah. Di Persik saya punya teman lama, Jefri dan Harianto. Kalau teman-teman dari PSMS jadi datang, semua akan lebih mudah. Saya tak perlu beradaptasi terlalu lama.
(Penulis: Gatot Susetyo)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Selasa 4 Maret 2008, BOLA Edisi No. 1.806 |
Komentar