Turnamen bentukan Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi melalui Tim Transisi, Piala Kemerdekaan, dinilai berjalan kurang mulus. Setidaknya, ada empat masalah yang mulai dikumandangkan tim-tim peserta.
Tak hanya mendapatkan keluhan dari klub peserta, Badan Olah Raga Profesional Indonesia (BOPI) pun kurang puas dengan perjalanan Piala Kemerdekaan.
BOPI telah berkirim surat ke Tim Transisi pada Rabu (26/8) untuk segera memberikan laporan. Pasalnya, badan pengawas kompetisi profesional itu mendapat empat laporan negatif terkait ajang tersebut.
Piala Kemerdekaan disebut-sebut terindikasi pengaturan skor, adanya insiden pemukulan wasit, rumor tentang ancaman klub mundur, dan fasilitas pengawasan kepada tim pengawas yang belum dipenuhi event organizer Cataluna Suportindo.
BOPI memberikan tenggat kepada Tim Transisi untuk mempresentasikan laporan pada Selasa (1/9).
Wasit dan Match Fee
Kualitas wasit di beberapa pertandingan memicu terjadinya kericuhan dalam lapangan.
"Semula kami mendapatkan saran untuk pemerataan wasit yang tidak mendapatkan kesempatan dari PSSI. Ternyata kepemimpinan wasit yang tidak memiliki jam terbang membuat masalah. Jadi, sekarang kami putuskan untuk memilih yang terbaik," kata Zuhairi Misrawi, anggota Tim Transisi.
Setelah mengevaluasi kepemimpinan wasit, Tim Transisi mengaku mendapatkan hasil positif. Mereka memantau bahwa tidak ada lagi keluhan yang berarti. Evaluasi wasit tersebut bahkan diapresiasi positif beberapa manajer tim.
Mengenai isu jika Piala Kemerdekaan dimasuki pengaturan pertandingan, seperti yang dilontarkan eks pelatih Purwodadi, Gunawan, Zuhairi meminta pada yang bersangkutan untuk segera melaporkan hal itu ke Bareskrim atau kepada Tim Transisi lewat Komisi Disiplin.
"Tim Transisi sudah mengatur ketat untuk memperkecil kemungkinan adanya pengaturan skor melalui penandatanganan pakta integritas," ujar Zuhairi.
Terkait macetnya pencairan match fee, Tim Transisi mengakui adanya keterlambatan. Untuk tiga pertandingan setiap klub dalam fase grup yang belum dibayar, akan dicairkan paling cepat pada 30 Agustus dan paling lambat pada 6 September.
Kendala match fee itu dikarenakan tersendatnya pencairan dana dari sponsor yang masih belum terpublikasi.
"Sponsor sudah masuk, tetapi memang tidak sesuai harapan. Maksudnya untuk besaran angka sponsor," tutur Gatot Dewa Broto, Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 27 Agustus 2015 |
Komentar