Pusat pelatihan nasional bulu tangkis yang terletak di Cipayung, Jakarta Timur, merupakan tempat penggemblengan para atlet naional Indonesia. Puluhan bintang-bintang bulu tangkis Indonesia dicetak di tempat itu.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan beberapa pemain luar negeri memilih berlatih di Cipayung sebelum turun di suatu turnamen. Salah satunya adalah pemain tunggal putri Spanyol, Carolina Marin.
Pada kunjungan keduanya di Cipayung, Mei lalu, Marin bersiap sebelum turun di Australia Terbuka. Hasilnya, dia keluar sebagai juara di Sydney, meskipun pada event selanjutnya yaitu Indonesia Open, dia tersingkir pada babak pertama.
Pemain tunggal putri jerman, Karin Schnaase, mengikuti jejak Marin dengan memilih berlatih di Cipayung sebelum tampil pada Kejuaraan Dunia 2015. Dia menghabiskan waktu sekitar satu pekan sebelum bergabung dengan para pemain Jerman lainnya.
Namun, kerja keras Schanaase di Cipayung belum membuahkan hasil. Ia langsung tersingkir pada babak pertama Kejuaraan Dunia, kalah dari Linda Zetchiri asal Bulgaria, Senin (10/8/2015).
Tangis penyesalan menghiasi wajah Schnaase seusai pertandingan. Pemain berusia 30 tahun tak bersedia memenuhi permintaan wawancara tanpa alasan yang jelas.
Menurut penuturan manajer tim Jerman, Martin Krinzt, Karin menangis karena kalah. Ia telah bekerja keras, tetapi akhirnya kalah lewat pertarungan tiga gim, 18-21, 21-11, 18-21.
"Kesedihan Karin sangat wajar karena ia sudah bekerja keras. Dia sengaja memilih berlatih di Jakarta untuk mendapatkan suasana dan budaya latihan yang berbeda," tutur Martin seusai pertandingan.
Tangis haru juga ditunjukkan Zetchiri yang memenangi pertandingan, tentu saja karena alasan berbeda. Dia menangis karena kepergian sang kakek.
"Ya, saya menangis karena kepergian kakek saya. Ia meninggal dunia beberapa bulan lalu. Saya persembahkan kemenangan ini untuk kakek," kata Linda, yang menempati peringkat ke-37 dunia itu.
Editor | : | Tulus Muliawan |
Sumber | : |
Komentar