Ditilik dari segi materi pemain, skuat Argentina boleh dilabeli kata mewah.
Di lini belakang, La Albiceleste (Si Putih-Biru Langit) punya Nicolas Otamendi dan Martin Demichelis (Manchester City).
Gelandang jempolan seperti Javier Mascherano (Barcelona) dan Ever Banega (Sevilla) beroperasi di lapangan tengah.
Soal penyerang berkualitas pun, mereka berlimpah stok dengan keberadaan figur semodel Lionel Messi (Barcelona), Sergio Aguero (Manchester City), Carlos Tevez (Boca Juniors), hingga Ezequiel Lavezzi (PSG).
Namun, kombinasi pemain tadi belum mampu mengantarkan Argentina menuju prestasi tertinggi.
Generasi Messi paling banter cuma meraih status sebagai runner-up Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015.
Pelatih Argentina, Gerardo Tata Martino, tak mau timnya terus dicap sebagai spesialis runner-up di ajang-ajang berikutnya.
Tak heran jika Tata mencoba memaksimalkan partai uji coba September ini sebagai ajang menempa talenta muda.
Muka-muka baru seperti Ramiro Funes Mori (24 tahun), Matias Krane-vitter (22), dan Angel Correa (20) disiapkan sebagai pelengkap kepingan skuat Argentina, yang Oktober nanti akan mulai berlaga di Kualifi kasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Selatan.
“Fakta bahwa Funes Mori belajar kepada Demichelis dan Otamendi, serta Kranevitter berguru kepada Mascherano, memberikan kami rasa damai. Correa juga bisa mengambil ilmu dari Messi, Aguero, atau Tevez,” kata Tata di La Nacion.
Funes Mori, Kranevitter, dan Correa ditampilkan oleh Tata Martino saat Argentina menggilas Bolivia 7-0 akhir pekan silam.
Correa bahkan menyumbang sebiji gol yang bersumber dari assist Kranevitter.
Performa apik Correa membuat Tata Martino tak ragu untuk menempatkannya sebagai starter di partai kontra Meksiko, Selasa (8/9) berdampingan dengan Messi dan Tevez.
“Semoga saya bisa mengelabui banyak bek lawan supaya bisa memberikan bola kepada Messi. Ia yang terbaik di dunia,” ujar Correa.
Penulis: Sem Bagaskara
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 8 September 2015 |
Komentar