Musim panas 2014 mengubah nasib Martial. Kepergian Falcao dan James Rodriguez membuat pelatih Leonardo Jardim mengubah kebijakan dan mengutamakan pemain muda. Tak ayal, Martial menjadi pilihan reguler di lini depan. Dia menjalani 35 pertandingan liga, 19 di antaranya sebagai starter.
Menilik statistik dan perjalanannya, Martial memang belum matang, tetapi punya peruntungan. Satu tahun di Lyon, dua tahun di Monaco, dan kini berseragam Manchester United. Pengorbanan finansial The Red Devils cukup besar hingga Martial bertengger di posisi keempat pemain termahal pada bursa transfer musim panas 2015.
Louis van Gaal mengklaim bahwa tim pemandu bakat Manchester United sudah berkali-kali mengamati permainan Martial. Oleh karena itu, Manchester United berani membayar mahal. "Dia memiliki segala atribut untuk menjadi pemain papan atas," katanya.
Soal bakat, Thierry Henry sepakat dengan Van Gaal. Berdasarkan penampilan Martial ketika menyingkirkan Arsenal pada Liga Champions musim lalu, Henry mengatakan, "Dia punya masa depan cerah."
"Akan tetapi, dia baru bermain 52 pertandingan. Anda tak akan menjadi pemain yang sama setelah menjalani 100 atau 150 pertandingan," lanjut Henry.
Kini, segalanya bergantung pada Martial sendiri. Bila gagal beradaptasi, dia bisa saja menjalani laga ke-100 tanpa seragam Manchester United. Sudah ada bukti, pemain sekaliber Radamel Falcao saja tak mampu mengatasi tekanan di skuad asuhan Van Gaal. Perlu diingat pula, benang merah Falcao dan Martial bukan cuma klub asal, tetapi juga kostum bernomor 9.
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar