gara itulah kemenangan seorang pebalap lebih banyak ditentukan oleh sirkuit yang cocok untuk dirinya, atau motornya. Tanda-tanda itu selalu terlihat sejak seri pertama di Qatar hingga terakhir di Brno.
Apakah itu berarti hingga 11 seri yang sudah digelar Jorge Lorenzo memiliki kecocokan di lebih banyak sirkuit ketimbang Valentino Rossi dan Marc Marquez? Dari jumlah kemenangan yang sudah disabet ketiga pebalap itu hingga seri Brno kesimpulannya, ya. Lorenzo 5, Rossi 3, Marquez 3.
Balapan ke-12 di Silverstone akhir pekan ini, sepertinya, akan menambah keuntungan yang sudah besar itu bagi Lorenzo. Bayangkan, sejak seri pertama hingga ke-10 dia tak pernah memimpin klasemen walau di antaranya menang empat kali beruntun. Baru di seri ke-11 berbekal lima kemenangan berbanding tiga, Lorenzo bisa ada di pucuk klasemen walau memiliki poin sama dengan Rossi.
Itu keuntungan besar bagi Lorenzo karena dia justru bagus lagi di babak kedua musim 2015. Kenapa Silverstone bisa jadi dewa penolong Lorenzo? Di sini dia sangat kuat, sejak start hingga finis. Ini adalah treknya Lorenzo. Bahkan musim lalu di saat tidak mengendarai motor terbaik saja Lorenzo hanya kalah tipis dari Marquez. Apalagi sekarang dengan Yamaha yang sedikit unggul atas Honda.
Karakter Sirkuit
Sedikit banyak Silverstone mirip Catalunya, walau tetap ada perbedaan. Beberapa tikungan cepat yang mengalir karena berurutan letaknya bakal membuat siapa pun pebalap, apakah dia memiliki motor terbaik atau bukan, tertantang. Walau sama-sama sirkuit cepat, tapi Silverstone "lebih adil" dalam hal belokan cepatnya. Rem juga sangat penting di sini, karena beberapa lintasan cepat diikuti oleh tikungan lambat sehingga pebalap mesti menginjak rem dengan keras, plus mengatur keseimbangan motor.
Silverstone adalah tempat di mana pebalap dituntut stabil saat menikung, dan di situlah kekuatan terbesar Lorenzo. Dia bukan hanya bisa sangat stabil saat membelok, tapi juga sangat cepat.
Ban
Bridgestone masih menyediakan ban asimetris, walau sebenarnya jumlah tikungan relatif rata antara kanan dan kiri. Namun tingkat pemakaian ban di Silverstone tidak sehebat di Catalunya. Dari sisi ban, tantangan terbesar pebalap adalah bagaimana mengatur agar suhu ban segera cocok dengan suhu aspal. Masalahnya, kecepatan rata-rata di sini tergolong tinggi, tapi suhu sangat rendah.
Prediksi
Skenario mirip dengan Brno. Lorenzo bakal langsung trengginas sejak free practice. Dia pun akan berebut pole position dengan Marquez. Peluang pole 50:50 dengan Marquez. Kalaupun akhirnya kalah di hari Sabtu Lorenzo pasti tak akan khawatir. Kekuatan terbesar dia ada di hari Minggu. Konsistensi bakal menentukan dia bisa lepas dari jeratan Marquez. Sedikit ganjalan adalah bila hujan turun, karena siapa pun bisa tergelincir di Silverstone yang memang sangat tricky bila basah. Justru Rossi bisa menyodok dan membuat kejutan bila itu terjadi.
Namun bila kering, Lorenzo akan sulit dihentikan dengan Marquez paling bisa memberikan perlawanan. Kenapa Rossi tidak bisa? Bukankah di Catalunya yang notabene sirkuit Lorenzo juga Rossi hanya kalah tipis? Benar, tapi kondisinya saat ini berbeda. Lorenzo sudah lebih mengenal Yamaha, terutama setelah kegagalan beruntun sejak GP Belanda. Dan, ini tak bisa diabaikan, ketidakcocokan gaya balap Rossi dengan Silverstone diperlihatkan oleh fakta Rossi belum pernah menang di sirkuit ini.
Kesimpulannya: menang atau kalah, Lorenzo akan tetap memimpin klasemen pasca-Silverstone karena ia akan finis di depan Rossi.
Editor | : | Arief Kurniawan |
Sumber | : | Dari Berbagai Sumber |
Komentar