Berjudi. Kata itu selalu disebut tiap kali ada klub yang merekrut Mario Balotelli.
Selama memperkuat Inter, Manchester City, Milan, dan Liverpool, Balotelli selalu lekat dengan citra sebagai pembuat onar dan pribadi malas di atas lapangan.
Karena itu tak sedikit yang menentang keputusan Milan memulangkan Balotelli pada musim panas ini.
"Balotelli? Saya rasa ia tak akan menghadirkan keseimbangan. Saya tak pernah menganggap dirinya sebagai seorang pemenang," ujar bek legendaris Milan, Alessandro Costacurta, di Sky Sport 24.
Kedatangan kembali Balotelli ke Milanello (sentra latihan Milan) juga menimbulkan tanda tanya besar bagi sang pelatih, Sinisa Mihajlovic.
Bukan rahasia lagi bahwa Mihajlovic ngotot meminta manajemen tim mendatangkan gelandang anyar, bukan striker. Satu nama yang gencar dikaitkan dengan Milan adalah eks anak didik Miha di Sampdoria, Roberto Soriano.
Kebutuhan terhadap distributor bola ulung di lini tengah kian darurat menilik kekalahan Milan dari Fiorentina di pekan pembuka Serie A 2015/16.
Luiz Adriano dan Carlos Bacca terisolasi lantaran tak mendapatkan suplai maksimal dari para gelandang. Pengalaman Carlo Ancelotti kala membesut Milan pada 2002/03 bisa dijadikan bahan pembelajaran Miha.
"Di mata saya Carletto adalah salah satu pelatih terbaik di dunia. Ia adalah satu-satunya orang yang mampu menangani situasi yang seolah tak bisa dikendalikan. Contohnya, saat di Milan ia menginginkan bek baru, tapi klub justru mendatangkan Rivaldo," kata eks pelatih Milan, Arrigo Sacchi, di La Stampa.
Ancelotti terbukti bisa mengakomodasi Rivaldo. Pada 2002/03 Carletto bahkan sering memainkan empat fantasista (pemain kreatif) sekaligus yakni Rivaldo, Manuel Rui Costa, Clarence Seedorf, dan Andrea Pirlo.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 26 Agustus 2015 |
Komentar