Pertemuan perdana antara Tim Transisi sebagai penanggung jawab Piala Kemerdekaan dengan Badan Olah Raga Profesional Indonesia (BOPI) pada Senin (13/7) menghasilkan kejelasan turnamen.
Peran BOPI yang selama ini disebut-sebut sebagai hakim yang berhak menentukan peserta turnamen ternyata tak lagi mutlak. Justru Tim Transisi yang berhak memutuskan klub-klub mana saja yang layak ambil bagian di turnamen tersebut. BOPI hanya akan memverifikasi event organizer sebagai pengelola Piala Kemerdekaan.
“Kami telah bertemu untuk mengklarifikasi level turnamen Piala Kemerdekaan. Ternyata Tim Transisi menjelaskan bahwa ajang tersebut hanya single tournament. Maka, BOPI tak perlu memverfikasi klub-klub peserta. Hal itu wewenang Tim Transisi,” kata Heru Nugroho, Sekjen BOPI.
Menurut Cheppy Wartono, anggota Tim Transisi, pihaknya telah memverifikasi sebanyak 27 klub yang sebelumnya mengajukan kesiapan ikut turnamen. Namun, setelah diseleksi, hanya 24 klub saja yang dinilai siap. Selain 18 klub yang mengikuti workshop pada dua pekan lalu, ada tambahan enam klub lagi. Enam klub itu adalah Persis Solo, PSS Sleman, Persiba Bantul, PPSM Magelang, Persibangga Purbalingga, dan Yahukimo FC.
PSIS Semarang dan Persibas menjadi dua klub yang batal ambil bagian. PSIS tak lolos lantaran tim berjulukan Mahesa Jenar itu menggunakan tujuh pemain yang terkena kasus Sepak Bola Gajah.
Jadi, kini akan ada 24 klub yang terbagi dalam empat grup. Dengan demikian, Cheppy dkk. tinggal melakukan finalisasi pembagian grup. Kebijakan khusus berlaku bagi dua tim rival, PSS dan Persis, yang akan berada di grup berbeda.
“Alasannya karena faktor keamanan suporter. Kami mendapatkan masukan dari berbagai pihak,” ujar Cheppy.
Rp 18-20 Miliar
Kini BOPI tinggal menunggu pengajuan EO yang telah ditunjuk Tim Transisi. Setelah Tim Transisi menunjuk EO, maka BOPI tinggal menilai apakah EO tersebut ideal atau tidak untuk menggulirkan turnamen.
“Kami harus tahu bagaimana kesiapan mereka terkait kondisi finansial. Yang akan kami nilai adalah segi teknis dan finansial. Mereka kapabel atau tidak,” ucap Heru.
BOPI ingin agar klub dan pemain tak dirugikan. “Jangan sampai pembayaran ke klub dan pemain menjadi tersendat,” katanya melanjutkan.
Editor | : | Kukuh Wahyudi |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar