Tak bisa dimungkiri vakumnya kompetisi profesional di Indonesia membuat performa pemain menurun. Hal ini tidak lepas dari tak adanya target yang terukur selama latihan.
Dampak menurunnya performa dirasakan oleh penyerang Persebaya yang membela Indonesia All-Star di ajang Sunrise of Java Cup (SoJC) 2015 di Banyuwangi, Fandi Eko Utomo.
“Awal tampil di Sunrise of Java Cup cepat lelah. Lapangan keras ditambah selama tiga bulan tidak main,” ucap Fandi.
Menurut pemain kelahiran Surabaya, 2 Maret 1991 itu, lamanya tidak ada pertandingan juga berpengaruh pada mental bertanding.
“Jadi saat main mental terganggu. Ada rasa grogi dan kurang percaya diri,” katanya.
Fandi bersyukur bisa ikut serta di SoJC. Sebelumnya, ia sempat mengikuti tarkam di daerah Pasuruan dan Nganjuk untuk sekedar menjaga kondisi.
Fandi tak berpikir panjang saat arsitek Indonesia All-Star, Aji Santoso, mengajaknya untuk bergabung.
“Saya diajak coach Aji. Bagi saya tak masalah, yang penting tanding dulu,” kata anak dari legenda Persebaya, Yusuf Ekodono itu.
Bantu Ibu
Selain rajin mengikuti tarkam untuk menjaga fi sik, Fandi memiliki kesibukan lain. Ia membantu ibunya, Wastiti, menjual kerudung di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya.
Pada sore harinya ia bersama sang ayah beserta kedua adiknya berlatih ringan. “Selama libur saya masih tetap menjaga kondisi,” ucap pemain yang pernah merumput bersama Persela tersebut.
Fandi pun tak mengalami kesulitan keuangan saat LSI tak lagi bergulir. Sebelum kisruh sepak bola nasional terjadi, ia sudah mengantisipasi.
Apalagi, dirinya banyak belajar dari sang ayah sehingga tidak ada masalah keuangan.
“Selama kompetisi dihentikan, tidak terlalu banyak menguras tabungan. Pasalnya tidak ada tanggungan cicilan lantaran sudah diantisipasi jauh-jauh hari,” tutur pemain yang tahun depan berencana menikah itu.
(Penulis: Kukih Wahyudi/Suci Rahayu)
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 4 Agustus 2015 |
Komentar