Ketika banyak penggawa klub Tangkas Jakarta berpindah ke perkumpulan lain, Kurniahu (56) tetap bertahan. Pelatih ini sepertinya tidak bisa pindah ke lain hati.
“Saya tetap di Tangkas. Kalau semua pindah, siapa yang jadi penjaga gawang? Makanya saya bertahan saja. Apalagi, kalau ada tawaran dari klub lain pun belum tentu diizinkan sama Pak Justian Suhandinata,” seloroh mantan pemain nasional ini.
Klub yang lahir tahun 1951 ini memang hebat. Meski banyak ditinggalkan penggawa, mulai dari pemain hingga pelatih, Tangkas tetap eksis. Kehadirannya tak lekang oleh panas dan lapuk karena hujan.
“Ketika banyak pelatih pindah ke klub lain, tugas saya memang makin berat. Tetapi, apa pun kondisinya, Tangkas harus tetap jalan terus," ujar pelatih kelahiran Surabaya, 28 Februari 1959 yang juga juara Kejurnas 1980 di Medan ini.
Berkat dedikasi tinggi dari sang pemilik, Justian Suhandinata, dan juga para pionir termasuk seperti Kurniahu, Tangkas terus melakukan pembinaan. Bak mata air yang mengalir, klub ini juga terus mencetak pemain hebat dan juara dunia.
Hingga kini, perkumpulan bulu tangkis yang bermarkas di Tanjung Duren, Jakarta Barat, ini boleh berbangga hati. Dibandingkan dengan seluruh klub di Tanah Air, Tangkas menjadi satu-satunya klub yang telah mencetak 10 juara dunia.
Mereka adalah Ade Chandra, juara dunia 1980 bersama Christian Hadinata, Verawaty Fajrin (1980), Icuk Sugiarto (1983), Joko Suprianto (1993), Ricky Soebagdja (1993/Gunawan), Ricky/Rexy Mainaky (1995), Hendrawan (2001), Nova Widianto/Liliyana Natsir (2005 dan 2007), serta Liliyana (2013/Tontowi Ahmad).
“Sebagai pelatih kini saya mendapat tantangan baru bagaimana caranya agar Tangkas mampu melahirkan pemain berbakat yang kelak bisa menjadi juara dunia lagi,” tutur suami Sujati Iskandar serta ayah dari Nadia dan Marcus Fernaldi Gideon, pemain Pelatnas u Kurniahu dan istri, Sujati iskandar, makin mendapat tantangan baru. Cipayung ini.
(Penulis: Broto Happy)
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 4 Agustus 2015 |
Komentar