Final yang terusir. Itulah fakta yang harus dihadapi PSSI/BLI kala menggelar laga puncak antara Sriwijaya FC kontra PSMS di Stadion Jalak Harupat, Soreang, Kab. Bandung, Minggu (10/2).
Laga itu pun mengakhiri kekisruhan kompetisi musim ini yang sempat kacau di fase 8 besar di Kediri dan Solo serta semifinal di Jakarta.
Kemenangan 3-1 Sriwijaya atas PSMS pun akhirnya terjadi. Bak sayur tanpa garam, final ini pun harus diakhiri dengan pesta yang serbaminim. Tak ada nyala kembang untuk sang juara, apalagi konser musik Slank atau Padi, yang sempat direncanakan pihak Djarum sebagai sponsor.
Bahkan beberapa ribu suporter harus tertahan di luar stadion dan harus puas dengan hanya menyaksikan tim kesayangannya lewat layar lebar. Termasuk beberapa suporter Sriwijaya FC yang khusus datang dari Muara Enim dengan memakai sejumlah bus.
Maklum, sejak awal PSSI dan Polda Jabar memang bersepakat menggelar final ini tanpa penonton. Beberapa penonton yang hadir di tribun VIP sendiri hanyalah orang-orang dekat kedua klub atau PSSI, sejumlah wartawan, serta pihak keamanan.
Klub Pertama
Sungguh pun demikian, pesta sepi ini tak mengurangi kebahagiaan Sriwijaya FC dan para pendukungnya menyambut gelar juara yang mereka terima. “Kami klub pertama di Indonesia yang bisa meraih gelar double winner, tentu kami sangat bangga,” tandas Charis Yulianto, stoper Sriwijaya FC.
Kontan saja gelar bersejarah ini membuat Gubernur Sumsel, Syahrial Oesman, sangat bangga. “Tim akan dipertahankan. Pemain akan terus di sini kecuali mereka ingin pindah. Ini kebanggaan warga Sumsel,” ujar gubernur yang berencana untuk membangun monumen sepakbola khusus untuk mengenang juara Copa dan Liga Djarum 2007.
Bagi pemain, seperti Anoureu Obiora, gelar kampiun ibarat mimpi jadi kenyataan. Di tengah sorotan akan prestasi para pemain asing yang kerap membuat cela, faktanya lima pilar impor Sriwijaya malah menjadi kunci kemenangan klub.
“Musim ini saya beruntung sebagai pelatih, mungkin tahun depan pelatih lain yang akan memetik sukses serupa,” terang Rahmad Darmawan, merendah.
Maklum, secara permainan, ia mengakui PSMS betul-betul tampil prima. “Mereka sangat disiplin, bahkan hanya bermain dengan sepuluh orang mereka mampu mengatasi ketertinggalan,” sebut Rahmad.
Di babak kedua, saat tim dia instruksikan bermain hati-hati, malah minim improvisasi. “Instruksi saat istirahat tadi rupanya diterjemahkan lain, justru lawan yang ngotot,” tutur Rahmad.
Sriwijaya tim yang komplet. Tangguh secara teknis maupun mental. Buktinya konsentrasi Zah Rahan cs. tak terganggu penundaan jadwal dan pengalihan partai final. “Kami siap bermain di mana saja atau ditunda kapan saja. Kami memaklumi kondisi Indonesia,” ujar Zah.
Sriwijaya kabarnya tak memberikan bonus tambahan selain bonus uang hadiah sebesar Rp 1,5 miliar. Toh pemain tetap puas sebab dalam kontrak yang tertera hanya besaran gaji. Selamat, sang juara ganda!
(Penulis: Ary Julianto)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.800, Selasa 12 Pebruari 2008 |
Komentar