Gelaran Kejuaraan Dunia 2015 yang berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, memberikan kesan tersendiri bagi pemain legendaris Indonesia, Hariyanto Arbi.
Saat masih menjadi pemain, Hari pernah merasakan manisnya meraih gelar juara dunia pada 1995 di Lausanne, Swiss. Hari berhak menempati podium tertinggi usai mengalahkan Park Sung-woo (Korea) pada laga final.
Saat ditemui di stand produk peralatan olahraga miliknya, Flypower, yang berada di Istora, Selasa (11/8/2015), Hari berbicara banyak mengenai kenangan manisnya di Kejuaraan Dunia.
"Waktu itu saya sangat capek karena bersamaan dengan Piala Sudirman. Awalnya target kami menang di Sudirman, tetapi kalah. Semua fokus dan tenaga dikeluarkan untuk Piala Sudirman," ungkap Hari.
Pada Piala Sudirman 1995 yang berlangsung di Lausanne, Indonesia takluk 1-3 dari pasukan Tiongkok pada babak final. Itu menjadi kekalahan ketiga Indonesia di final Piala Sudirman.
"Saat akhirnya tampil di Kejuaraan Dunia, saya sebetulnya hanya fokus untuk memenangi setiap pertandingan, tetapi akhirnya malah sampai final dan jadi juara juga. Rasanya sangat bangga," ucap pria 43 tahun itu.
Selain meraih medali emas pada 1995, Hari juga punya kenangan indah saat membawa pulang medali perunggu dari Kejuaraan Dunia 1997 di Glasgow, Skotlandia.
Peluang Indonesia
Mengenai peluang Indonesia di Kejuaraan Dunia tahun ini, Hari menilai tampaknya nomor ganda putra dan ganda campuran masih menjadi tumpuan. Menurut dia, sektor tunggal Indonesia masih butuh perbaikan.
"Saya lihat peluang tunggal putri masih cukup jauh, tetapi kalau nomor tunggal saat ini mulai ada harapan dengan hadirnya pemain-pemain muda seperti Jonatan (Christie), (Anthony) Ginting, dan (Firman Abdul) Kholik," ujar Hari
"Mungkin PBSI bisa lebih sering mengirimkan mereka ke pertandingan-pertandingan supaya mereka bisa melihat kemampuan lawan dan mengukur diri. Mereka bisa melihat di mana kekurangan mereka," katanya.
Ikuti perkembangan berita ini dalam liputan khusus:
Editor | : | Tulus Muliawan |
Sumber | : |
Komentar