Lewat kerja sama dengan pihak J-League, wartawan Harian BOLA, Martinus Bangun, berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Irfan di lokasi latihan timnya di Sapporo, Senin (22/6).
Setelah berbicara mengenai petualangan sang pemain di bagian pertama wawancara, kami melanjutkan perbincangan tentang sanksi FIFA dan tuduhan pengaturan skor
Saat ini, kisruh PSSI dan Kemenpora berujung dengan sanksi FIFA. Bagaimana menurut Anda soal masalah tersebut?
Sebagai pemain, tentu saya menyesal Indonesia disanksi FIFA. Saya pribadi sudah mempersiapkan diri untuk tampil bersama timnas di Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Kualifikasi Piala Asia 2019 karena nama saya masuk dalam daftar yang akan dipanggil pelatih timnas.
Saya tak mau berkomentar terlalu banyak soal kisruh PSSI-Kemenpora, namun jika memang diminta untuk membenahi sepak bola kita, saya selalu siap memberi masukan.
Saat ini, kompetisi di Tanah Air tengah vakum karena sanksi FIFA. Apakah menurut Anda para pemain lain harus mencoba kesempatan seperti yang Anda lakukan? Misalnya, mengikuti trial di Jepang?
Ya kalau memang ada kesempatan, tidak ada salahnya mereka mencoba hal tersebut. Apalagi, saya tahu banyak pemain potensial di Indonesia. Yang pasti, butuh kemauan keras untuk bisa berkarier mulus di luar negeri, misalnya di Jepang. Mereka harus siap tinggal jauh dari keluarga dan belajar budaya baru.
Timnas U-23 tengah diisukan dengan skandal pengaturan skor di SEA Games 2015. Hal serupa juga pernah menimpa timnas senior di final Piala AFF 2010 (kala itu, Irfan masuk dalam skuat). Dari pengalaman tersebut, apakah isu tersebut benar-benar terjadi?
Saya tidak merasa timnas senior terlibat pengaturan skor di final Piala AFF 2010. Itu hanya isu murahan. Saya juga tak yakin hal itu terjadi di timnas U-23. Sebagai pemain yang membela nama bangsa, kami tentu akan menolak hal-hal seperti itu.
Apakah mungkin mafia pengatur skor dapat menyusup ke dalam tim di sebuah turnamen?
Hmm... ya kalau soal itu mungkin saja walaupun sebagai pemain saya kira hal itu hampir mustahil. Namun, sekali lagi, segalanya memang mungkin saja terjadi, tapi sebagai pemain kami tak akan mau melakukan hal-hal kotor seperti itu.
Editor | : | Martinus Bangun |
Sumber | : | Harian BOLA (Martinus Bangun) |
Komentar