Keinginan PSSI untuk memiliki lapangan latihan yang representatif sudah lama terdengar. Namun kemampuan organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia itu untuk mewujudkannya, seperti panggang jauh dari api.
Bermula pada tahun 2000, saat PSSI dipimpin Agum Gumelar, ada kesulitan yang harus dihadapi timnas. Kala itu Pasukan Garuda Merah Putih harus berlatih nomaden alias berpindah-pindah dari satu lapangan ke lapangan yang lain di sekitar Ibukota.
Akhirnya pada 2001, Agum yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan mampu mewujudkannya. PSSI akhirnya menyewa lapangan sepak bola C di komplek Gelora Bung Karno, Senayan. Saat itu Presiden Abdurahman Wahid mengizinkan pembangunan di lapangan latihan meski terkesan minim.
Namun seiring perjalanan waktu, lapangan tersebut akhirnya layak lagi digunakan untuk latihan timnas. Bahkan pada Piala Asia 2007, lapangan tersebut mendapatkan banyak keluhan dari negara-negara peserta yang menggunakannya untuk latihan. Padahal sudah dua kali lapangan tersebut direnovasi oleh PSSI.
“Selain tanah di lapangan itu keras, konturnya juga bergelombang. Kondisi itu selain membuat pemain mudah cedera, juga tidak efektif untuk latihan bola-bola datar,” tutur Rahim Soekasah, Tim Khusus Millenium Football Development.
Maklum lapangan tersebut lebih banyak disalahgunakan untuk kegiatan latihan bukan timnas. Bahkan tim SIWO Jaya lebih sering memanfaatkan lapangan yang kini tidak rata dan keras tersebut.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar