Sejak kompetisi Liga Super Indonesia 2015 berhenti yang berujung dengan pembubaran tim, kapten PSM, Syamsul Chaeruddin, lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga besarnya di Limbung Gowa, Sulsel.
Gelandang petarung Juku Eja ini baru meninggalkan rumahnya yang berjarak 25 km dari Makassar jika ada tawaran bermain tarkam di Kota Daeng. Dalam berbagai kesempatan wawancara dengan Harian BOLA, eks jangkar timnas senior ini mengungkapkan perasaan dan harapannya terkait kisruh sepak bola nasional.
Berikut penuturan Syamsul kepada kontributor Harian BOLA di Makassar, Abdi Satria.
Seberapa besar dampak penghentian kompetisi pada kehidupan Anda dan keluarga?
Dampaknya sangat besar. Yang pasti, saya sebagai tulang punggung keluarga kehilangan pekerjaan sebagai pesepak bola. Kedua, sebagai pemain saya kehilangan atmosfer pertandingan. Bagi saya bertanding dan berkompetisi bukan sekadar mencari uang. Ada kebanggaan atas status saya sebagai pemain PSM.
Ada dampak lain yang Anda rasakan?
Saya juga kehilangan yel-yel suporter PSM yang terus mendukung kami sepanjang pertandingan di LSI. Saya sudah berusaha ‘membunuh’ perasaan kehilangan itu dengan tampil di sejumlah turnamen tarkam, tapi tetap saja rasa dan suasananya berbeda kala saya membela PSM di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin.
Selain bermain di turnamen tarkam (Liga Ramadan 2015), apa saja kesibukan harian Anda?
Sebagai pemain saya tetap menjaga kondisi. Apalagi, saya punya sekolah sepak bola (SSB) yang saya bina sejak dua tahun lalu. Kalau tidak ada tarkam, saya menyempatkan diri melatih sekitar 50 pemain U-15 sampai U-19. Saya tidak memungut bayaran kepada siswa. Kalau ada dana tambahan, saya siapkan seragam latihan, bola, dan lapangan.
Kesibukan lain di luar sepak bola?
Selain sepak bola, saya juga punya klub motor, Syamsul Sports. Di klub motor ini, saya menyediakan sarana dan fasilitas buat teman-teman yang ingin menjadi pebalap motor.
Sebagai kapten PSM, apa harapan Anda terkait kisruh sepak bola nasional?
Para pemain dan suporter PSM sebenarnya sangat antusias menyambut LSI 2015 yang lalu. Alasannya, kami ingin merayakan ultah ke-100 PSM yang akan jatuh pada 2 November mendatang dengan gelar juara. Anda lihat sendiri kan bagaimana euforia suporter saat PSM tampil di dua partai awal LSI 2015 di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin?
Stadion penuh sesak meski pertandingan berlangsung di sore yang terik. Yel-yel suporter tidak pernah berhenti sepanjang pertandingan. Inilah momen yang paling saya rindukan saat ini.
Terakhir, apa rencana Anda menyambut Lebaran?
Normal saja. Yang pasti, saya dan keluarga saling mengunjungi untuk meminta maaf. Saya berharap sehabis Lebaran, sepak bola Indonesia kembali damai.
Editor | : | Bolanews |
Sumber | : | Harian BOLA, Selasa 7 Juli |
Komentar