Meski terhenti di babak 32 besar Gothia Cup 2015, Tim Liga Kompas Gramedia SKF Indonesia pulang ke Tanah Air dengan kepala tegak. Perjuangan Riza Alfi n Zidane dkk. patut diacungi jempol. Langkah mereka cukup meyakinkan setelah lolos dari fase grup.
Pada babak 128 besar, Rabu (15/7) di Gotheborg, Swedia, mereka mengalahkan wakil Australia, Subiaco Junior, dengan skor 4-3 (3-3). Penampilan tim arahan Indriyanto Nugroho dan Benyamin Leo Betty itu semakin meyakinkan dan menggulung wakil Swedia, Vasby IK FK 8-0 di babak 64 besar.
Lawan mereka akhir terhenti oleh Internazionale Calcio, salah satu akademi yang berafi liasi dengan Inter, di babak 32 besar. “Pengalaman berharga bagi tim ini dan kami tidak mau mencari kesalahan. Yang paling penting adalah anakanak mendapat pengalaman berharga,” kata Indriyanto.
Makna Lain
Ada satu hal yang menjadi hikmah di balik perjuangan mereka, yakni menerima kekalahan dan menikmati sepak bola sebagai sebuah proses pembelajaran kehidupan.
“Anak-anak belajar memahami rekannya, lalu berusaha bangkit setelah terpuruk, hingga berjuang keras meski mengalami cedera. Hal inilah yang kadang dilupakan saat sebuah tim hanya mengincar kemenangan,” ucap Indriyanto.
Gothia Cup tak hanya berakhir dengan sebuah trofi . Ada pesan manis dari hasil gocekan si kulit bundar yang diperagakan Riza Alfi n Zidane dkk. Para pelatih dari berbagai negara pun memahami hal itu.
Keceriaan anak-anak dan bagaimana mereka berinteraksi serta memahami karakter lawan adalah hal yang penting dalam sepak bola usia muda. Selain itu, sportivitas dan menghormati negara lain turut menjadi kunci.
“Piala Gothia sangat penting bagi anak-anak untuk tahu berbagai gaya permainan. Inilah titik pertemuan dari sejumlah negara,” kata pelatih U-18 Afrika Selatan, Ray Pienaar, seperti dikutip dari Harian Kompas.
Editor | : | Wiwig Prayugi |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar