Konferensi internasional bertajuk World Congress on Science and Football (WCSF) merupakan salah satu tempat berkumpulnya para ilmuwan sepak bola dari berbagai penjuru dunia untuk saling berbagi hasil riset. Sejak 2011, Labbola menjadi partisipan dari Indonesia.
Ajang tahun ini digelar di Kopenhagen, Denmark, pada 20-23 Mei 2015. Lima riset Labbola yang tersebar dalam empat bidang keilmuan: analisa pertandingan, nutrisi dan kesehatan, psikologi olahraga, dan ekonomi sepakbola, berhasil lolos seleksi dari komite saintifik WCSF untuk dipresentasikan di konferensi bergengsi empat tahunan ini.
Kelima hasil rise tLabbola tersebut adalah: “Analisa proses ekonomi spesifik sepakbola dan nilai sosialnya”, “Korelasi kondisi fisik dan kesalahan oleh pemain sepakbola”, “Analisa parameter statistik kerjasama sebagai kunci sukses dari pengembangan usia muda”, “Fraktal analisis permainan sepakbola di Liga Super Indonesia”, dan “Kontribusi usaha, keyakinan kemampuan belajar, dan refleksi dalam proses pembelajaran mandiri (self regulated learning) di antara pemain tim nasional Indonesia U-19”.
Labbola merupakan salah satu dari enam negara Asia yang hadir, dari keseluruhan 40 negara partisipan dari seluruh dunia.
Di tengah kondisi sepakbola nasional yang tidak menentu, keterlibatan ke dalam perkembangan riset sepak bola di tatanan global merupakan salah satu cara kami untuk terus berkontribusi. Kami optimis dapat membawa atmosfer kolaborasi riset di bidang sains olah raga Tanah Air, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap olah raga nasional khususnya sepak bola.
Cakupan kata ‘football’ dalam konferensi ini bukan hanya merujuk kepada sepakbola namun juga varian olahraga ‘football’ lainnya yaitu rugby, Australian, American, dan Gaelic Football. Meski demikian, sepakbola tetap menjadi perhatian utama dalam pembahasan.
Kontribusi ke Masyarakat Umum
Pada hari pertama, seluruh peserta disambut dengan pidato pembuka yang memuat kampanye football fitness. Peter Kustrup, profesor Olahraga Tim dan Kesehatan dari Universitas Kopenhagen yang juga menjadi ketua penyelenggara memaparkan bagaimana Asosiasi Sepak Bola Denmark mengimplementasikan pendekatan latihan sepak bola untuk kesehatan sejak empat tahun silam.
Sasarannya adalah para pria maupun wanita lanjut usia di atas 40 tahun yang sebagian besar belum punya pengalaman bermain sepak bola sama sekali seumur hidupnya. Pendekatan latihan yang diambil adalah permainan lapangan kecil atau lebih dikenal dengan small sided games.
Menarik, karena di tatanan global sepakbola tidak lagi hanya berfokus kepada dunia sepak bola itu sendiri namun sudah mencoba untuk berkontribusi ke masyarakat umum. Belum lagi riset lain yang mereka lakukan terhadap perkembangan fisik dan kesehatan para tunawisma yang secara rutin mereka libatkan dalam turnamen sepakbola tunawisma di pusat kota Kopenhagen.
Secara umum, terdapat tiga macam sesi utama yaitu presentasi riset dari peserta baik dalam bentuk sesi poster maupun oral, workshop dan materi dari para ahli, serta eksibisi dari perusahaan pendukung.
Selama empat hari para peserta bebas untuk ikut dan berinteraksi dalam seluruh sesi yang berjalan secara paralel. Pembahasan sepak bola masih mendominasi hingga 82% dari konten yang dibawakan. Secara garis besar, pembahasan dapat dibagi menjadi tujuh kelompok besar, yaitu biomekanik, analisa pertandingan, psikologi, ilmu kepelatihan, ilmu kesehatan, ilmu kajian, dan perangkat pertandingan.
Psikologi adalah salah satu bidang keilmuan yang berkembang pesat dengan peningkatan signifikan dari jumlah penelitian yang dilakukan bila dibandingkan konferensi semacam sebelumnya. Labbola pun ikut ambil bagian dengan mempresentasikan salah satu riset dalam bentuk poster mengenai riset psikologi terkait timnas U-19 di tahun 2014.
Pembahasan performa atlet baik dalam ilmu kesehatan, kepelatihan, biomekanik dan analisa pertandingan menjadikan parameter lari intensitas tinggi (high intensity running) sebagai primadona.
Paremeter yang melibatkan kemampuan fisik dan aktivitas pergerakan selama pertandingan maupun latihan ini didapatkan dengan berbagai cara. Dalam hal latihan tentunya metode yang tersedia sangat beragam mulai dari pemasangan alat dengan teknologi GPS pada pemain hingga sistem pelacak pergerakan dengan multi-kamera.
Sementara untuk pengambilan data dari pertandingan resmi sebagian besar masih terbatas teknologi kamera karena aturan permainan yang tak memperkenankan penggunaan alat yang dipakaikan pada pemain. Data yang dikumpulkan kemudian dikaitkan kepada level performa tim, jenis latihan yang efektif, pencegahan cedera, hingga pembangunan sistem yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan penggunaan data itu sendiri.
Beberapa perusahaan besar yang terlibat dalam eksibisi seperti Catapult dan Statsports pun menawarkan servis sejenis terkait pendataan pergerakan dan aktivitas pemain selama latihan maupun pertandingan.
Pentingnya Aktivitas Riset
Konklusi yang kami dapatkan adalah pentingnya aktivitas riset untuk digalakkan lalu kemudian diselaraskan dengan kebutuhan praktisi olahraga. Untuk itu peran komunikasi antara peneliti dan praktisi sangat dibutuhkan dalam merumuskan arah dari pengembangan yang ingin difokuskan.
Peneliti tidak disarankan untuk hanya mengambil sudut pandang keilmuan dalam mendefinisikan kebutuhan praktisi sepakbola, begitu juga para praktisi diharapkan tidak menutup mata dari perkembangan teknologi yang berlangsung.
Dalam pengembangan lanjutan, para ahli di konferensi tersebut menyarankan untuk melakukan pendekatan hasil riset terhadap implementasi dalam bentuk latihan yang nantinya bertujuan akhir pada peningkatan performa dan penurunan peluang cedera. Rangkaian acara ditutup dengan pengumuman pelaksanaan konferensi empat tahun mendatang yang akan bertempat di Melbourne, Australia.
Selain itu masih ada acara serupa bertitel World Conference on Science and Soccer yang akan diselenggarakan di Rennes, Perancis pada 2017, turut tampil di rangkaian penutup konferensi untuk mengajak para peserta mempersiapkan riset kembali untuk dipresentasikan dua tahun lagi.
Editor | : | Labbola |
Sumber | : | Hardani Maulana (Labbola) |
Komentar