Kebijakan pelatih Persija, Serghei Dubrovin, tak menganakemaskan legiun asing terbukti efektif. Tim Macan Kemayoran lebih mengkilap dengan mengutamakan pilar lokal di jajaran skuad inti.
Tak hanya bercokol di papan atas liga, M. Ilham dkk. juga berpotensi menggapai gelar juara Copa Dji Sam Soe. Persija sudah sampai tahap 8 besar di Copa. Mereka berpeluang besar lolos ke fase semifinal setelah memaksakan hasil imbang 1-1 di Sidoarjo pada first leg melawan Deltras.
Di antara lima pemain impornya, praktis hanya Khamaruck Evangeny (kiper/Moldova), Abanda Herman (bek/Kamerun), dan Robertino Pugliara (gelandang/Argentina) yang sering dipercaya menjadi starter.
Sementara itu Rubben Ceco (striker/Argentina) dan Mustafa Musafa (gelandang/Sierra Leone) lebih sering duduk di bangku cadangan. Bahkan khusus Mustafa, Persija tak ambil pusing kala sang pemain mangkir terlambat pulang ke Jakarta karena alasan memperkuat timnas negaranya.
“Kalau memang dia berulah lagi, tak ada ampun, kami akan memecatnya. Masih banyak pemain lain yang siap mengisi posisinya,” kata Barry Sihotang, asisten manajer Persija.
Ketegasan diperlihatkan manajemen Persija kala membuang tiga pemain asing, Javier Roca dan Gustavo Ortiz serta Samuel Tayo di pertengahan musim. “Bagi saya status semua pemain sama. Siapa yang kondisinya paling fit dan konsisten menjaga permainan dia yang akan diutamakan. Jika tak sanggup silakan pergi,” ujar Serghei.
Kasus Argentina
Faktanya, tanpa ketiganya keseimbangan tim tak terganggu. Punggawa-punggawa lokal terbukti sanggup mengambil alih peran yang ditinggal ketiga pemain asing tersebut.
Pemain baru pengganti harus kerja ekstra keras agar mendapat tempat di posisi inti. “Hal ini yang jarang dilakukan pelatih-pelatih Persija terdahulu. Pemain lokal selalu jadi terpinggirkan dengan nama-nama asing,” ucap Agus Indra, gelandang.
Adanya perubahan kebijakan itu tak lepas dari pengalaman masa lalu. Kerap memprioritaskan legiun asing, Persija malah sering dirongrong konflik internal. Tengok apa yang terjadi di musim 2004, saat pilar lokal terlibat konflik dengan legiun asing asal Argentina. Pelatih kala itu, Carlos Cambon, sering memarkir pemain lokal berkualitas layaknya Bambang Pamungkas dan Budi Sudarsono.
Dia lebih suka memainkan pemain asal kampung halamannya walaupun secara permainan tak terlalu menonjol. “Hal itu menjadi pembelajaran. Pelatih harus fair menilai potensi pemain, tak pandang bulu dia lokal atau asing,” ucap Isman Jasulmei, asisten pelatih.
Kepercayaan dari sang pelatih memotivasi para pemain. “Karena merasa dihargai, kami kian bersemangat untuk bermain sebaik-baiknya buat tim,” sebut Ismed Sofyan, bek sayap. “Kami pun tertantang ingin menunjukkan kemampuan agar mendapat tempat inti di tim,” tutur Cecco.
Kekompakan ini menjadi modal utama Persija di dua ajang kompetisi. “Semoga suasana kondusif ini terus berlanjut agar target juara di Copa dan liga bisa terwujud,” kata Isman.
(Penulis: Ario Yosia)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Jumat 14 Desember 2007, BOLA Edisi No. 1.783 |
Komentar