Kecuali Roman Abramovich di Chelsea, hampir semua pemilik baru klub Inggris meminjam uang dalam jumlah besar untuk mengambil alih kepemilikan. Bila karena suatu hal mereka memutuskan meninggalkan “rumah barunya”, bukankah lubang besar bernama utang menjadi masalah serius?
Penelitian Deloitte akhir musim 2005/06 menyatakan utang klub-klub Inggris mencapai 300 juta pound, sekitar 5,7 triliun rupiah. Hampir semuanya berharap suntikan dana dari kegiatan promosi dan pemilik klub baru untuk mengurangi beban itu.
Jadi, jangan heran bila sejumlah klub Inggris mulai rajin mengunjungi berbagai negara di Asia saat pramusim sebagai upaya menyeimbangkan keuangan klub. Dampaknya? Pemain memulai kompetisi baru dengan kebugaran yang tak seharusnya akibat menempuh perjalanan jauh.
Laporan keuangan Manchester United pada Juni 2006 menyebut keuntungan klub mencapai 49, 7 juta pound. Bertambahnya kapasitas penonton di Old Trafford jelas semakin memperbesar income selain kontrak komersial, penjualan merchandise, dan hak siar televisi.
Tapi, menurut Citizen Journalist, strategi Arsenal telah menjadikan mereka sebagai klub Inggris terkaya walau tanpa kehadiran investor asing. Stadion Emirates yang besar dan penghematan di bursa transfer jadi kunci.
(Penulis: Weshley Hutagalung)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Jumat 14 Desember 2007, BOLA Edisi No. 1.783 |
Komentar