sebut sebagai anak tangga terakhir sebelum menuju balap Formula 1, merupakan balap one make race atau balap mobil sejenis yang dilombakan sejak 2005. GP2 Series hadir sebagai salah satu seri balapan pendukung Formula 1, selain GP3 dan Porsche Supercup, menggantikan Formula 3000 yang sudah tidak ada lagi sejak 2004.
Sasis mobil balap GP2 dibuat oleh perusahaan asal Italia, Dallara. Perusahaan ini membuat sasis mobil GP2 berbahan serat karbon, yang dikenal ringan tetapi kuat. Mesin mobil GP2 dipasok oleh Mecachrome, pembuat mesin khusus mobil balap yang merupakan anak perusahaan otomotif dari Prancis, Renault.
Mecachrome menyediakan mesin berkonfigurasi V8, dengan kapasitas silinder 4000 cc. Mesin tersebut menghasilkan 612 tenaga kuda, sehingga membuat mobil GP2 mampu melaju hingga kecepatan maksimal 332 km/jam dalam sebuah pengujian di Sirkuit Monza, Italia.
Mobil balap GP2 dikatakan sebagai mobil balap tercepat kedua di dunia setelah Formula 1. Di era saat ini, ketika mobil-mobil balap Formula 1 kembali ke teknologi turbo dengan kapasitas silinder 1600 cc, perbedaan kecepatan dengan GP2 semakin tipis. Sebagai contoh apa yang terjadi dalam GP Austria di Sirkuit Red Bull, Spielberg.
Mobil Ferrari F1 yang digeber Sebastian Vettel sebagai pebalap tercepat di sesi latihan bebas, hanya melesat 5 detik lebih cepat dibandingkan mobil GP2 yang dikemudikan Stoffel Vandoorne dari tim ART Grand Prix dalam kualifikasi Jumat (19/6/2015).
Tidak mudah bagi seorang pebalap GP2 Series untuk memenangi kompetisi karena perbedaan waktu yang sangat tipis dari mobil-mobil sejenis tersebut. Apa yang terjadi dalam kualifikasi GP2 Series sungguh menggambarkan persaingan ketat di balapan ini. Dari 24 pebalap yang mengikuti GP2 Series Austria, 17 pebalap di antaranya menyelesaikan kualifikasi dengan perbedaan waktu di bawah 1 detik untuk satu kali putaran Sirkuit Red Bull yang memiliki panjang 4,326 km.
“Jadi, memang tidak mudah untuk memenangi persaingan dalam balap GP2. Kemampuan teknik seorang pebalap berperan sangat besar untuk memenangi balap GP2. Konsistensi performa seorang pebalap sangat diperlukan di sini, karena dia tidak dapat mengandalkan pada keunggulan teknis mobil semata. Apa yang ditampilkan Rio dalam kualifikasi saya pikir sesuatu yang istimewa, karena ini adalah hasil kualifikasi terbaik yang dia dapatkan dalam empat seri GP2 yang sudah dia ikuti,” kata Dennis Van Rhee, pelatih Rio Haryanto.
Konsistensi adalah kata kunci bagi Rio jika ingin memenangi persaingan. Tak hanya di Austria, tetapi juga dalam enam seri balap GP2 Series lain yang harus dia ikuti hingga November yang akan datang.
Editor | : | Donny Winardi |
Sumber | : | - |
Komentar