Suap dan pengaturan skor sesungguhnya memiliki perbedaan tipis. Namun keduanya berujung pada satu tindak kejahatan yang bisa merugikan banyak pihak. Menurut pelatih Agus Yuwono suap di kompetisi Indonesia, lebih mengarah pada penentuan siapa yang menang dan yang kalah.
“Tergantung tim mana yang mau dibidik. Biasanya tim tuan rumah tapi tidak jarang tim tamu juga menjadi target. Jadi tergantung negosiasi. Sebaliknya, pengaturan skor lebih mengarah pada berapa selisih gol yang diharapkan tercipta,” kata Agus yang pernah menangani sejumlah klub Liga Super Indonesia.
Menurut Agus tim yang dibidik biasanya bakal kehilangan poin. Repotnya bila tim yang dibidik adalah tuan rumah. Kehilangan poin di kandang sendiri jelas merepotkan pelatih. Apalagi bila pelatih tak terlibat dalam negosiasi suap atau pengaturan skor.
“Repot bila tuan rumah harus kehilangan poin karena suap atau pengaturan skor. Pasalnya, tuan rumah yang sering menjadi target. Ini berdasarkan pengalaman saat masih bermain di Galatama dan kemudian melatih di klub-klub liga sekarang,” ujarnya.
Diakui Agus, pelatih akan menjadi korban pertama bila timnya terlibat suap atau pengaturan skor. Meski demikian, dia memilih menolak tawaran suap yang pernah datang padanya.
“Saya pernah ditawari Rp200 juta. Tapi saya menolaknya. Tentu saya dirugikan bila tim saya kemudian kalah. Nilai saya sebagai pelatih pasti turun. Bagaimana tidak, saya menangani klub yang kalah melulu. Soal suap-menyuap merupakan pengalaman saat saya ditawari dan kadang saat menerima informasi dari rekan-rekan yang pernah menjalaninya,” kata Agus yang pernah melatih di Persidafon Dafonsoso, Persijap Jepara dan Gresik United ini.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | Gatot Susetyo/BOLA |
Komentar