Gresik United belajar dari pengalaman masa lalu dimana pada musim 2011/12 terjadi dualisme kompetisi di sepak bola Indonesia, yakni ISL dan IPL. Dalam kasus tersebut, iklim kompetisi sepak bola Indonesia menjadi carut marut karena perseteruan dua kelompok yang ingin menguasai sepak bola nasional.
Namun, pada perjalannnya kompetisi IPL terhenti karena kompetisi tersebut terkesan dipaksakan. Dikelolah oleh operator karbitan yang minim pengalaman membuat kompetisi tidak berjalan dengan baik. Selain itu, klub yang turut berpartisipasi juga banyak klub-klub instan. Akibatnya, mereka banyak yang kocar-kacir dan bubar di tangah jalan.
"Kompetisi yang dipaksakan digelar kualitasnya jelas akan dibawah standar. Seiring berjalannya waktu mereka akan semakin kehilangan energi, akibatnya pertandingan terkesan seperti asal-asalan. Pengalaman tersebut sudah pernah terjadi di kompetisi IPL," kata Hendry Febri, sekretaris Gresik United.
Dari pengalaman tersebut, manajemen Gresik United akhirnya berpikir ulang jika berniat mengikuti kompetisi yang digagas oleh Menpora melalui tim transisi dengan operatornya yang belum jelas.
"Awalnya mungkin terlihat bagus. Namun seiring waktu saya khawatir pengalaman kompetisi IPL kembali terulang. Karena itu kami hanya akan ikut berkompetisi bersama PT Liga yang sudah teruji kualitasnya," imbuh Hendry.
Editor | : | Sahlul Fahmi |
Sumber | : | Bolanews |
Komentar