debar akhir pekan ini. Maklum, kelanggengan kekuasaannya di PSSI amat ditentukan seusai sidang FIFA di Zurich, Swiss, 28-30 Oktober.
Jika mengacu pada pernyataan FIFA Media Department, John Schumacher, lewat e-mail ke BOLA, federasi sepakbola internasional sudah pasti memasukkan persoalan PSSI menjadi salah satu agenda yang akan dibahas dalam sidang.
John pun menegaskan bahwa FIFA mengirimkan surat ke PSSI (Juni) yang intinya meminta organisasi sepakbola tertinggi Tanah Air tersebut segera melakukan pemilihan ketua umum ulang.
FIFA menilai pengangkatan Nurdin dalam Munas PSSI di Makassar pada 20 April tidak sah karena tidak sejalan dengan batas waktu yang ditentukan dalam Statuta PSSI (Pedoman Dasar).
Walau Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, ngotot menilai hal itu hanya kesalahpahaman dan AFC bakal membantu PSSI menjelaskan persoalan itu ke FIFA, tetap saja belum ada tanda-tanda organisasi yang dipimpin Joseph Blatter itu mengubah sikapnya.
“Hingga kini belum ada surat baru dari FIFA yang diterima PSSI. Surat terakhir yang masuk ya soal desakan menggelar pemilihan ketua umum ulang pada Juni lalu,” aku salah satu pengurus PSSI yang minta namanya dirahasiakan.
Ditolak AFC
Bahkan, menurut sang sumber baru-baru ini Presiden AFC, Mohammad Bin Hammam, menolak bertemu dengan Nugraha, yang didampingi Ibnu Munzir (anggota Komite Eksekutif PSSI) dan Dali Taher (anggota exco AFC) saat datang ke Malaysia untuk menjelaskan duduk perkara soal polemik kepemimpinan di PSSI.
“Hammam beranggapan Nugraha tak kompeten dan diragukan kenetralannya. Dia hanya mau bertemu wakil ketua exco, Nirwan Bakrie,” ujarnya.
Namun, hal itu dibantah. “Tak benar isu itu, ini fitnah namanya! Bukan Hammam yang menolak bertemu dengan kami, tetapi jadwal pertemuan digeser karena Nirwan belum punya waktu luang bertemu dengan AFC. Jadi, pertemuan itu belum terealisasi,” tegas Nugraha dengan emosional.
Saat ini agenda Nirwan sangat padat, yang bersangkutan tengah berada di Los Angeles. Nugraha pun belum memastikan kapan agenda pertemuan yang tertunda itu kembali dilakukan.
Yang pasti kans Nurdin untuk tetap bercokol di singgasananya terbilang tipis. Maklum, selain belum diakui keabsahannya, kasus korupsi pengadaan minyak goreng yang menyeret Nurdin ke Rutan Salemba selama dua tahun juga bertentangan dengan artikel nomor 7 dalam Kode Etik FIFA.
FIFA melarang orang-orang yang terlibat kriminal aktif dalam organisasi. “Nurdin juga ditekan dari dalam lewat UU Olahraga No. 3 Tahun 2005 secara jelas menyebutkan orang yang tersandung masalah kriminal tak bisa memimpin organisasi olahraga,” komentar Tondo Widodo, mantan pengurus PSSI era Agum Gumelar.
Dalam kondisi seperti itu, seruan agar Nurdin legowo menanggalkan jabatannya mulai mencuat dari daerah. “Nurdin Halid akan dipuji jika ia bersikap legowo dengan meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Namun, tampaknya langkah itu tidak akan dilakukannya. Karena itu, tidak ada langkah lain kecuali menggelar munaslub,” ujar Erwin Pelos, Sekum PSDS.
Bahkan PSSI diminta segera mengambil inisiatif menggelar munaslub untuk mencari figur pemimpin baru. Wacana itu bisa dimunculkan lewat raparnas terlebih dahulu. “PSSI sudah harus menyiapkan calonnya. Sutiyoso atau yang lain asalkan sudah teruji kemampuannya memimpin organisasi besar. Kami siap mendukung,” kata Manajer Gresik United (GU), Ali Mukhit.
“Seharusnya munaslub langsung digelar ketika pertama kali Nurdin dibui. PSSI harus segera mencari pemimpin baru tanpa menunggu hukuman FIFA terlebih dahulu,” timpal Pembina Persida Sidoarjo, Biqin Thorin.
(Penulis: Ario Yosia/Marwis Umsa/Fahrizal Arnaz/Teguh Nurtanto)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.769, Jumat 26 Oktober 2007 |
Komentar