Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pilpres FIFA Jalan Terus Walau Pejabatnya Diciduk

By Wisnu Nova Wistowo - Rabu, 27 Mei 2015 | 19:08 WIB
FIFA
Ilustrasi
FIFA

Kepolisian Swiss menangkap beberapa tokoh terkuat di badang sepak bola dunia FIFA. Mereka mengumumkan akan ada penyelidikan kriminal soal dua Piala Dunia berikutnya. Namun, rencana pemilihan Presiden FIFA dilaporkan bakal tetap berlangsung hari Jumat ini seperti telah direncanakan.

Sebuah investigasi kriminal terpisah soal bagaimana pemilihan lokasi Piala Dunia 2018 dan 2022 telah dimulai. FIFA telah menolak mengadakan pemilihan ulang terkait kontroversi dua tuan rumah Piala Dunia tersebut. Sepp Blatter dan jajarannya bersikeras bahwa Rusia dan Qatar akan tetap menjadi tuan rumah.

Sementara itu, di pemilihan presiden yang akan berlangsung pada 29 Meim Sepp Blatter tinggal berhadapan dengan Pangeran Ali bin al-Hussein, sosok yang konon didukung penuh oleh FIFA, setelah dua calon lainnya mengundurkan diri.

Pangeran Ali menggambarkan perkembangan kasus korupsi di tubuh FIFA itu sebagai "hari yang menyedihkan bagi sepak bola", tetapi ia menolak berkomentar lebih lanjut.

Tujuh pejabat FIFA ditangkap setelah Departemen Kehakiman AS dengan dakwaan pemerasan, penipuan, dan konspirasi pencucian uang.

"Surat dakwaan tersebut menuduh adanya korupsi yang merajalela, sistemik, dan berakar," kata Jaksa Agung New York Loretta Lynch.

Lebih lanjut, jaksa mengklaim bahwa korupsi itu mencakup setidaknya dua generasi pejabat FIFA, yang seperti dituduhkan, telah menyalahgunakan posisi dan kepercayaan yang diberikan kepada untuk meraup jutaan dolar dalam kasus suap.

Dakwaan-dakwaan itu antara lain:

- Sembilan pejabat saat ini atau mantan pejabat FIFA, termasuk Jeffrey Webb dan mantan wakil presiden FIFA Jack Warner dituduh telah melakukan korupsi.

- Empat individu dan kedua terdakwa dari korporasi, termasuk mantan sekjen Concacaf Chuck Blazer dan dua anak Warner, Daryan dan Daryll, yang keduanya mengaku bersalah.

- Dugaan adanya budaya korupsi dan keserakahan yang menciptakan kesenjangan.

- Kasus suap telah menjadi cara FIFA melakukan bisnis.

- Skema korupsi yang melibatkan media dan pemasaran hak siar pertandingan dan turnamen.


Editor : Suryo Wahono
Sumber : BBC, Reuters


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X