Penghentian kompetisi di semua level mulai QNB League hingga Divisi Utama berimbas pada pemasukan pemain dan pelatih di Indonesia. Kini, mereka harus mencari penghasilan alternatif untuk menghidupi keluarganya.
Kurnia Patmedi, arsitek PSBK Kota Blitar, mulai menekuni ternak burung kicauan yang telah lama diidamkannya. Niat itu sempat muncul beberapa waktu lalu, namun batal karena sibuk melatih Fatchul Ichya dkk. di Blitar.
“Keputusan PSSI sangat mendadak dan membuat kami kaget. Terutama para pemain dan pelatih. Karena kehidupan kami menggantungkan dari sepak bola. Kerja sampingan saya selama ini bisnis sepatu dan kaos olahraga. Karena kompetisi berhenti, pesanan dan pembelian apparel pun ikut sepi,” ungkap Kurnia Patmedi.
Soal kegemaran memelihara burung, lanjut Kurnia Patmedi, awalnya sekadar hobi. Tapi dia melihat kebutuhan keluarga yang makin meningkat dan gantungan melatih tertutup tahun ini, Kurnia berniat menginvestasikan tabungannya untuk berternak burung.
“Saya memiliki beberapa jenis burung kicauan. Tapi tampaknya berternak Murai Batu berprospek bagus. Ada teman yang sudah sukses dan dia mau menularkan ilmunya. Kebetulan saya ada sedikit lokasi di samping rumah yang bisa dimanfaatkan,” kata Kurnia.
Menurut Kurnia, pangsa pasar Murai Batu menjanjikan. “Untuk burung yang baru bisa mematuk makanan dihargai satu juta rupiah bahkan lebih. Jenis Murai Medan paling mahal. Tapi butuh kesabaran dan telaten bila mau ternak burung. Namun pemasukan dari bisnis ini tak bisa rutin, karena ini berhubungan dengan hobi. Jadi pembelinya juga dari kalangan penggemar burung saja,” ucapnya.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar