Runyam juga nasib pemain timnas. Di satu sisi mereka dituntut wajib memenuhi membela timnas oleh PSSI. Jika menolak ancaman, sanksi skorsing minimal enam bulan membayangi.
Di sisi yang lain, totalitasnya mereka kurang dilindungi oleh PSSI. Iming-iming perlindungan asuransi yang pernah dilontarkan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, saat Piala Asia berlangsung terkesan pepesan kosong.
Dua pilar timnas, Boaz Solossa dan Firmansyah, yang dihantam cedera berat saat pelatnas harus berjuang menanggung sebagian besar biaya pengobatan.
“Sampai saat ini saya belum pernah teken polis asuransi dari PSSI,” ungkap Boaz, yang tengah berada di Sorong untuk memulihkan cedera engkel kanannya.
Menurut Boaz, pada saat dioperasi di Rumah Sakit Omni, Pulomas, Jakarta, sehari setelah cedera semua biaya ditanggung PSSI. Termasuk fasilitas apartemen di daerah Kuningan untuk ditinggali sementara oleh striker Persipura itu bersama anak istrinya.
Namun, saat operasi kedua (pencabutan pen), akhir Agustus, sebagian besar biaya ditanggung Boaz. “Empat hari setelah operasi pertama saya diberi uang Rp 5 juta saja. Karena kurang, saya nombok menggunakan duit pribadi di operasi selanjutnya,” cerita Boaz.
Untuk biaya terapi penyembuhan yang dilakukan dua kali sepekan, Boaz sepenuhnya memakai uangnya sendiri. “Dalam sekali sesi pertemuan saya paling tidak harus keluar uang Rp 200 ribuan untuk biaya dokter dan obat,” jelas Boaz.
Batal ke Singapura
Memang melalui staf PSSI, Boaz kembali mendapat kompensasi Rp 5 juta saat pulang ke Sorong, akhir Agustus. “Jumlahnya jelas tak cukup untuk mengganti untuk biaya hidup selama di Jakarta, biaya pengobatan, dan tiket pesawat,” papar Boaz.
“Karena pertimbangan biaya pula Boaz membatalkan rencana berobat ke Singapura. Siapa yang mau bayar?” papar Ortizan Solossa, abang kandung Boaz.
Kondisi serupa juga dialami Firmansyah. Untuk operasi penyembuhan cedera robeknya bantalan persendian kaki kanannya yang didapat saat timnas beruji coba dengan PSIS, dia masih harus menanggung sendiri semua biaya. “Total, saya sudah keluar duit Rp 25 juta,” aku bek Sriwijaya FC itu.
PSSI sendiri menurut pengakuannya hanya menanggung biaya pengobatan tradisional selama masa pelatnas. Beruntung, Sriwijaya berjanji akan mengganti semua biaya.
Baik Boaz maupun Firman sebenarnya tak menyoal besarnya duit yang harus mereka keluarkan selama penyembuhan. Mereka kecewa karena tak ada pengurus PSSI maupun BTN yang peduli. “Sampai saat ini hanya Ivan Kolev yang tanya perkembangan cedera saya. Pengurus PSSI tak ada satu pun yang telepon,” papar Firman, yang juga diamini Boaz.
“Jika tak ada ganti rugi memadai hingga jaminan asuransi yang tak cukup, pemain akan malas bergabung di timnas,” tutur Aris Budi Prasetya, bek Persik yang dihantam cedera di awal TC timnas.
Tanggapan BTN? “Tak benar kami tak peduli. Semua pemain yang terkena musibah cedera saat bergabung di timnas biayanya kami tanggung. Pemain tinggal klaim. Itu yang dimaksud asuransi oleh PSSI karena tak ada perusahaan asuransi di Indonesia yang mau mengasuransikan olahragawan,” ujar Rahim Soekasah, Ketua BTN.
Khusus kasus Firman, jika ia melaporkan diri soal operasinya, BTN pasti turun tangan. “Dia sama sekali tak pernah bilang. Dulu saat baru cedera kami pernah menawari operasi, tapi dia tolak. Alasannya ingin mencoba pengobatan alternatif,” jelas Rahim.
(Penulis: Aryo Yosia/Gatot Susetyo)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.761, 25 September 2007 |
Komentar