kaprah menjadikan Sekolah Sepak Bola (SSB) secara tidak sadar sebagai korban. Hanya ketidaksadaran itu seperti dibiarkan dan pada akhirnya dianggap sebagai hal yang wajar.
Paradigma tim harus menang dan juara sudah melekat pada SSB. Pada akhirnya SSB pun berlomba untuk menjadi juara. Sebut saja Piala Danone atau Danone Cup yang sudah menjadi semacam dewa sehingga setiap SSB ingin memenanginya.
"Impian anak-anak SSB adalah bermain di turnamen seperti itu. Mereka sangat ingin juara dan bermimpi main di luar negeri. Ini sungguh membahayakan karena saat usia dini, anak-anak sudah dicekoki dengan ambisi menang dan juara,” kata Juanda Tjitra, pengelola SSB, CGC Indonesia.
Menurutnya saat anak-anak berada di usia 10-12 tahun, mereka seharusnya menikmati sepak bola. Olah raga tersebut benar-benar memberikan rasa fun sehingga anak-anak bisa makin menyukainya.
"Tapi di usia itu, anak-anak sudah dipaksa untuk menang. Segala upaya dilakukan, termasuk mencuri umur. Kasus pencurian umur seperti menjadi hal biasa di turnamen usia dini," ungkapnya.
Pelatih pun pada akhirnya terpaksa menggunakan paradigma juara. Juanda mengakui CSC Indonesia kerap berganti pelatih karena paradigma mereka selalu sama, tim harus menang dan juara. Hal yang justru tidak berlaku bagi Juanda di SSB yang dikelolanya. (Gonang Susatyo)
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar