0.
Gol semata wayang Si Putih dicetak Sergio Ramos. Seperti biasa, sang palang pintu pasukan ibu kota itu muncul sebagai pemain dengan lompatan tertinggi dalam menyambut umpan silang, yang kali ini dikirim Arjen Robben dari sebelah kanan lapangan.
Secara khusus, el entrenador Bernd Schuster mengangkat topi untuk Ramos. Namun, uniknya bukan karena gol kemenangan yang berdampak pada bertahannya Madrid di tangga teratas klasemen Primera Division, melainkan atas kinerja Ramos sepanjang 90 menit.
“Fabio Cannavaro dan Sergio Ramos telah menyelamatkan hidup kami,” ungkap pelatih yang juga eks pemain Madrid asal Jerman tersebut. “Saya pikir barisan pertahanan, dalam hal ini keempat bek, kembali tampil luar biasa. Mereka betul-betul telah menyelamatkan kami.”
Rasanya Schuster tak mengada-ada. Statistik pertandingan pun bisa membuktikan kebenaran omongannya. Tidak hanya dari penguasaan bola yang mengunggulkan Getafe 54% berbanding 46%, tapi juga dalam jumlah peluang, yang memperlihatkan 26 kans berbanding 13.
“Hasil ini benar-benar kejam. Kami telah memperlihatkan daya juang luar biasa di hadapan salah satu klub terbesar di Eropa. Kami juga membuktikan sebagai tim yang mampu menguasai pertandingan. Namun, kami tidak memiliki keberuntungan di depan gawang,” ucap Michael Laudrup, pelatih Getafe.
Selain menyanjung tinggi kehebatan barisan pertahanannya, Madrid juga pantas “berterima kasih” pada kadar kegugupan lini depan tuan rumah. Bayangkan saja, dalam kemelut di depan gawang Ramos dkk. selalu berhasil keluar dari tekanan.
Sementara itu, saat Manu Del Moral dkk. tinggal berhadapan satu lawan satu, giliran Iker Casillas yang dengan cemerlang mampu menghalau peluang mereka. “Selalu ada saja yang merusak laju bola kami. Entah itu Casillas atau keempat bek Madrid,” kata Laudrup lagi.
Cukup pantaskah jika kita menggambarkan kemenangan Madrid malam itu sebagai tiga poin yang hambar, dalam arti memang tanpa sebuah permainan yang layak? Pengusung hasil akhir sebagai acuan tentu tak peduli karena yang utama adalah tambahan tiga angka.
Namun, bagi Madridistas, yang condong menyukai kemenangan lewat dominasi permainan nan cantik, ini bisa berarti pekerjaan rumah untuk Schuster. Melawan tim seperti Getafe, yang tak memiliki daya gedor optimal, mungkin belum terlalu kentara.
Namun, bagaimana di depan tim kuat macam Barca atau Valencia, yang kian stabil? Permainan hambar belum tentu akan kembali menghasilkan nilai penuh.
(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.763, Selasa 2 Oktober 2007 |
Komentar