1. Berarti boleh berlibur sepuas hati ke mana pun dia mau, ke Los Angeles atau bahkan ke Bali sekalipun.
Tapi, jabatan formalitasnya di Ferrari, sebagai asisten super Jean Todt, terkadang mesti membawa dia ada di pekan lomba atau bahkan saat tes. Sebagai orang yang pernah berjasa di tempat yang memberinya kesempatan emas untuk berkarya, tanggung jawab ini ia emban dengan hati-hati.
Schumi, yang semasa jadi pembalap doyan menganalisis segala masalah secara detail, paling banter kini hanya memberi nasihat kepada Kimi Raikkonen dan Felipe Massa. Mau diambil syukur, tidak ya tak apaapa. Schumi tak bisa memaksa kedua pembalap untuk ikut duduk berlama-lama mengevaluasi segenap problem.
Bila sedang ada di sirkuit, dia tak sembarangan memberikan jawaban kepada wartawan. Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut performa Ferrari, atau tim-tim lain, tak mau dijawabnya. Tapi, soal sepakbola, life after F-1, dan masalah aktivitas amal akan segera dia berikan respons.
“Saya tak mau mengganggu kerja tim Ferrari, apalagi dianggap menghancurkan keharmonisan mereka,” kata ayah dua anak ini kepada ITV. “Penampilan pembalap di trek bukan urusan saya untuk menanggapinya.”
Schumi ada dan masih memberikan sumbangsih bagi Ferrari, tapi ia juga bisa dianggap tiada karena terlalu ingin di belakang layar. Dia enggan menonjol, low profile. Beda dengan sejumlah pembalap lain yang begitu pensiun masih sering terdengar mengevaluasi perkembangan terbaru F-1 saat itu, termasuk gosip-gosipnya.
Ketika jadi pembalap, kualitas Schumi amat menonjol. Kini ia mencoba membangun kualitas yang sama, sebagai mantan pembalap. Berkiprah, tapi seolah-olah tidak berkiprah.
(Penulis: Arief Kurniawan)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.742, Jumat 20 Juli 2007 |
Komentar