Sengketa status asosiasi sebuah negara anggota FIFA sudah dimulai sejak 1952. Saat itu Asosiasi Sepakbola Afrika Selatan (FASA), afiliasi sepak bola kulit putih di Afrika Selatan, kedudukannya digugat.
Federasi Sepak Afrika Selatan (SASF), yang merupakan badan sepak bola multi ras telah membentuk sebuah federasi alternatif untuk menjalankan sepak bola di Afrika Selatan pada masa tersebut.
Mereka berulang kali meminta FIFA untuk mengakui keberadaan federasi baru yang multi ras ini dan segera memberikan mereka status afiliasi. Pada saat yang sama, mereka juga secara konsisten meminta agar FIFA mengakhiri afiliasi FASA karena menjalankan diskriminasi rasial.
Namun FASA menolak untuk bergabung dengan SASF. Mereka berdalih hal itu bertentangan dengan hukum dan politik apartheid di negaranya. Sebaliknya, FASA mengusulkan SASF untuk bergabung sebagai afiliasi tanpa hak suara.
FIFA berusaha untuk menyatukan kedua pada November 1954. Namun usaha untuk mengakhiri kebijakan rasis di sepak bola itu gagal. Pada tahun 1955, FIFA akhirnya memutuskan bahwa FASA bukan merupakan asosiasi nasional di Afrika Selatan.
Pada 1960 akhirnya CAF (konfederasi sepak bola Afrika) akhirnya mengeluarkan FASA dari keanggotaannya pada 1960. Pada tahun yang sama, FIFA memerintahkan agar kasus rasial di Afrika Selatan diselesaikan dalam waktu satu tahun dengan ancaman jika tidak selesai maka menghadapi konsekuensi.
Namun FASA tak bisa memenuhi tenggat waktu dari FIFA yang membuat mereka diberi sanksi pertama oleh FIFA tahun 1961. Tetapi sanksi itu dibatalkan oleh Presiden FIFA , Sir Stanley Rous, saat mengunjungi negara itu bersama komisi investigasi tahap kedua.
Pada 1964, setelah adalah tekanan dari seluruh dunia, suara mayoritas dalam Kongres FIFA akhirnya menghukum FASA (Afrika Selatan). Hukuman akan dicabut jika undang-undang apartheid di Afsel dihilangkan dan sepak bola nonrasial bisa berjalan di negara itu.
Lantaran tidak mau mengikuti kemauan FIFA, maka sanksi itu ditingkatkan dan FASA dikeluarkan sebagai anggota FIFA pada tahun 1976. Mereka kembali diterima sebagai anggota FIFA setelah politik apartheid dihilangkan pada tahun 1992.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar