Dua final Liga Champion dalam tiga tahun membuat Rafael Benitez masih tetap ada di kursinya. Pelatih Liverpool itu dianggap sangat beruntung mengingat Liverpool payah di Premier League, walau bagus di liga Eropa tersebut.
Sam Allardyce adalah persona yang “iri” pada keberuntungan Rafa tersebut. Sebutlah pendapat yang dilepaskan Big Sam di majalah Zoo ini subjektif karena hubungan tak harmonis antara keduanya sejak Rafa datang ke Anfield. Namun, ada baiknya sinisme ini diperhatikan kubu The Reds.
Menurut bos Newcastle ini, finis kelima dan dua kali di tempat ketiga adalah pencapaian rendah. Bila bukan karena prestasi di Liga Champion, nasib Rafa adalah pemecatan.
Kepayahan domestik ini disebut Allardyce akan berlanjut musim ini karena pelatih asal Spanyol tersebut masih berkonsentrasi ke Liga Champion. Laga kontra Portsmouth pekan lalu tidak bisa disangkal memperkuat hipotesis itu.
“Sementara mereka tim yang sangat bagus di Liga Champion, Liverpool belum menjadi tim pemenang Premier League. Mereka belum memiliki mentalitas untuk menjadi juara,” ucap eks pelatih Bolton itu.
“Sebagai pelatih asing, ia tidak mengerti bahwa Premier League seharusnya prioritas pertama dan Liga Champion kedua,” ucap Big Sam.
Kata penutup itu—sebenarnya seluruh serangan di atas—terdengar tajam, tapi mungkin bisa ditangkap Rafa sebagai masukan bagus. Well, setidaknya suara pendukung Reds yang lama merindukan titel liga akan senada dengan Big Sam.
(Penulis: Christian Gunawan)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | 21 September 2007, BOLA Edisi No. 1.760 |
Komentar