Pengaturan skor jadi momok tak hanya di kompetisi Indonesia melainkan di negara lain, seperti Vietnam. Bahkan Vietnam jadi salah satu negara yang aktif memerangi tindakan tak sportif yang mencederai nilai sportivitas itu.
Pada Agustus 2014, pengadilan Vietnam menyeret dan menjatuhkan sanksi penjara selama 30 bulan pada mantan pemain timnas mereka, Tran Manh Dung, dan menghukum delapan pemain lain yang terbukti bersengkongkol dengan kaki tangan bandar judi di putaran kedua laga Piala AFC, Maret 2014. Mereka terbukti menerima suap sebanyak 40 ribu dolar AS (Rp517,9 juta).
Parahnya, kesembilan pemain itu tergabung dalam klub sama, yakni Vissai Ninh Binh FC. Pemilik klub, Hoang Manh Truong, karena merasa malu, menarik klubnya dari V-League dan lantas membekukan klubnya usai langkah mereka di Piala AFC 2014 terhenti di semifinal.
Namun, awal pekan ini Truong berencana untuk mengaktifkan lagi klub yang sudah dirintisnya selama bertahun-tahun itu.
"Bos kami, Hoang Manh Truong, masih sangat mencintai sepak bola dan sangat menyesalkan apa yang terjadi tahun lalu setelah apa yang dilakukan untuk membangun klub bertahun-tahun," kata Direktur Ninh Binh FC, Pham Van Le, di VietNamNet.
Petinggi Ning Binh diketahui sudah mengirim petisi kepada pemerintah dan juga Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) untuk mengizinkan mereka berlaga lagi tahun depan, dengan memainkan pemain muda.
"Kami sudah mendiskusikan masalah ini dan memutuskan untuk kembali," imbuh Van Le.
Seperti diketahui, pada Selasa (7/4) malam, pemain dan manajemen Pusamania Borneo FC berhasil menggagalkan upaya suap yang diduga dilakukan oleh mantan pemain. Selama ini Indonesia juga berupaya keras memerangi match fixing.
Editor | : | Aning Jati |
Sumber | : | - |
Komentar