Sederet orang telah menyamakan beberapa nama sebagai reinkarnasi Diego Armando Maradona. Mulai Ariel Ortega, Marcelo Gallardo, Pablo Aimar, Carlos Tevez, hingga Andres D’Alessandro. Bisa dijamin mereka semua telah meralat opini tersebut setelah kemunculan Lionel Messi.
Okelah, dari segi fisik, Messi memang kalah “mirip” dari kelima rekannya di atas. Namun, dari aspek permainan, Messi boleh diadu. Bahkan justifikasi soal hak sebagai “penerus Maradona” telah diberikan sendiri oleh sang legenda hidup Tango tersebut.
Semula publik hanya menganggap Messi sebagai angin lalu. Pemuda kelahiran kota Santa Fe, Argentina, itu hanya dinilai sebagai bocah dengan gaya main yang menyerupai Diego, tapi diperkirakan bakal berujung dengan nasib tak jauh beda dengan Ortega cs.
Hebatnya, Messi membungkam semua pandangan skeptis menyoal dirinya. Hanya dalam hitungan dua tahun sejak terjun sebagai pemain profesional penuh, dua musim silam, ia bisa mempertanggungjawabkan beban tersebut lewat foto kopi gocekan legendaris Diego di Piala Dunia 1986.
Ya, Sang Mesias berhasil menggocek lima pemain sebelum menceploskan si kulit bundar ke dalam gawang lawan. Gerakannya persis seperti ketika Maradona mengelabui lima pemain Inggris sebelum menggetarkan jala Peter Shilton di perempatfinal Mexico ’86.
Yang membedakan, gol Messi lahir bukan di ajang prestisius Piala Dunia, tapi baru di level Copa del Rey tatkala Barcelona memukul Getafe dalam semifinal I. Namun, tetap saja kualitas aksi Messi sah untuk disandingkan dengan Maradona. Wajar predikat Messidona pun langsung melekat padanya.
Seolah tak puas hanya dengan gol spektakuler ala Maradona, Sabtu (9/6) kemarin, Messi semakin menguatkan reinkarnasi Diego dengan gol tangan Tuhan. Lagi-lagi, Messi mengopi gerakan mentornya itu saat mengarahkan bola ke dalam gawang, menggunakan bantuan tangannya.
Kita harus kembali berkilas balik ke Meksiko, dua dasawarsa lalu, untuk me-refresh memori. Masih di laga Argentina kontra Inggris, Maradona menciptakan kontroversi hand of god sebelum akhirnya membayar lunas utangnya lewat aksi sempurna seperti disebut tadi.
Keadilan Ditegakkan
Meski sedikit sulit untuk dipercaya, Messi pun mengukir hal yang sama. Ketika Barca tertinggal 0-1 dalam derbi Catalonia melawan Espanyol, Messi memakai tangannya untuk menyamakan skor. Walaupun terekam di tayangan ulang, “sentuhan maut” tersebut tak dianulir wasit Rodriguez Santiago.
Barca pun berhak menyambut jeda dengan kedudukan 1-1. Memasuki babak kedua, Messi membayar lunas aksi tak pantasnya itu. Personil Albicelestes ini kembali menorehkan nama di dalam score sheet. Berbekal umpan matang Deco, Messi mengeksekusi bola dengan sempurna, tanpa bisa ditepis kiper Idris Kameni.
Andaikan Tamudo tidak menyamakan skor pada menit terakhir, Barca bakal menang 2-1 sekaligus unggul dua poin atas Real Madrid dalam kejar-kejaran angka menuju tahta Primera Division. Maklum, di saat yang bersamaan, El Real ditahan 2-2 oleh Real Zaragoza.
Bisa dibayangkan betapa panjang kontroversi yang bakal ditimbulkan media, terutama yang pro ke Madrid? Namun, kali ini, keadilan ditegakkan tepat pada waktunya. Gol Tamudo tersebut memastikan Barca bernilai sama dengan Madrid. Secara virtual, ini telah melapangkan jalan Los Merengues menuju mahkota juara.
Tak heran media lokal pun seperti tak mengindahkan episode kedua dari “hand of god” Messi. Masyarakat Spanyol lebih memilih untuk membicarakan kans Madrid ke depan. Well, itulah sepakbola. Ketika kontroversi kurang memiliki dampak besar, saat itu pula kejadian langka ini menjadi begitu mudah untuk dilupakan. Yes, justice has been served.
(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Selasa 12 Juni 2007, BOLA Edisi No. 1.731 |
Komentar