Sudah lebih dari tujuh tahun Franck Ribery memperkuat Bayern Muenchen sejak dikontrak pada awal Juni 2007.
Meskipun menjadi pilar utama tim, karier pemain asal Prancis itu di FC Hollywood sempat berjalan kurang mulus.
Setelah menjalani dua musim awal penuh pujian, Ribery mengalami karier yang kurang menyenangkan pada 2009/10.
Pada musim tersebut, Ribery jarang mendapat permainan. Mantan awal Marseille ini juga sering diusik cedera.
Selain itu, pelatih baru Muenchen kala itu, Louis van Gaal, tidak mengandalkannya di tim.
Perlakuan Van Gaal rupanya masih membekas di benak Ribery. Ia mengaku punya hubungan yang buruk dengan sosok yang kini membesut Manchester United. Pengakuan itu diungkapkan Ribery kepada Goal.
Apa yang terjadi antara Anda dan Van Gaal selama pria Belanda itu berada di Muenchen?
Pada dasarnya, kami memiliki masalah pada sisi manusia. Pada awal ia melatih tim, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.
Dia punya gagasan bahwa dia tidak peduli tentang nama besar. Dia tidak membutuhkan pemain bintang. Semua pemain harus membuktikan diri mereka lagi.
Kontak pertama dengannya telah beracun. Sebagai sosok profesional, Anda kehilangan kepercayaan Anda.
Deskripsikan Van Gaal menurut Anda.
Van Gaal melakukan banyak hal yang hebat di lapangan. Namun, ia orang yang buruk. Hubungan kami sudah hancur.
Selama dua musim melatih Muenchen, Van Gaal jarang memainkan Anda. Apa yang Anda pikirkan saat itu?
Keputusannya sangat membebani saya. Saat itu, banyak klub yang mencoba membujuk saya untuk pindah: Real Madrid, Barcelona, Juventus, Chelsea, dan Manchester City.
Akibatnya, Saya mulai memikirkan klub lain. Saya rasa hal ini manusiawi.
Klub mana yang paling serius mendekati Anda saat itu?
Madrid. Mereka mencoba, tampak benar-benar menginginkan saya. Saya tidak tahu berapa harga yang Muenchen inginkan dari Madrid untuk saya.
Mengapa transfer ke Madrid tak terjadi?
Saya berbicara secara intensif dengan Uli Hoeness, yang kala itu masih menjadi Presiden Muenchen, dan juga chairman Karl-Heinz Rummenigge. Mereka berkata agar saya tidak pergi, betapa klub membutuhkan saya, betapa saya penting bagi Muenchen seperti Lionel Messi untuk Barcelona.
Pada akhirnya, saya bahagia bertahan di Muenchen.
Editor | : | Theresia Simanjuntak |
Sumber | : | Harian BOLA (Penulis: Theresia Simanjuntak) |
Komentar